Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Pak Kades

19 Desember 2021   12:18 Diperbarui: 19 Desember 2021   12:22 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Dengan bermain golf, aku bisa bertemu dengan para pejabat tinggi daerah dan provinsi. Mareka akan membantu pembangunan desa kita. Desa kita yang masuk kategori desa tertinggal ini akan dapat banyak bantuan dan pembangunan. Mareka itu kan orang-orang yang punya pengaruh besar di kabupaten dan provinsi. Punya jabatan dan kekuasaan. Bahkan banyak investor-investor yang aku kenal di lapangan golf itu berencana menanamkan modalnya di desa kita. Apa masyarakat ndak untung?" Jelas Matbengel dengan orasi yang berapi-api bak politisi yang sedang kampanye di panggung terbuka. "Bahkan, dalam waktu dekat di desa kita akan diadakan pertandingan golf tingkat provinsi. Tingkat Provinsi. Apa ndak hebat? Akan banyak orang-orang penting dan besar yang akan datang ke desa kita. Implikasinya kan membawa keuntungan bagi masyarakat," urai Matbengel.

Sementara anak-anak muda Desa Ancoklilot terdiam bak patung mendengar paparan Matbengel.

Rencana Matbengel untuk menjadikan Desa Ancoklilot sebagai tempat pertandingan Turnamen Golf Tingkat Provinsi telah menyebar bak virus . Berbagai komentar bernada sumbang berdengung kearahkan  Matbengel. Namun Matbengel tidak peduli. Bahkan dalam setiap pertemuan dengan warga, dengan bangga Matbengel selalu mensosialisasikan tentang rencana Desa Ancoklilot menjadi tuan rumah Turnamen Golf Tingkat Provinsi. Soal ada respon atau tidak dari masyarakat, bagi Matbengel semua itu bukan masalah. Kan yang punya kebijakan di Desa Ancoklilot adalah dirinya sebagai kades dan pemimpin rakyat.

"Saya sungguh-sungguh sangat heran dan tidak habis pikir. Apa maksud Matbengel menjadikan desa kita sebagai tempat Turnamen Golf ini. Apa maksud Matbengel mengajak kita sebagai panitia turnamen Golf," tanya Lanyek.

"Pak Kades ingin desa kita dikenal orang. Didatangi orang-orang hebat dan punya kekuasaan itu. Siapa tahu dari pegolf yang hadir, ada berminat menanamkan modalnya di kampung kita," jawab Arok.

"Dan sebagai warga yang baik, kita wajib membantu Pak Kades mensukseskan turnamen ini. Kan kita juga yang malu kalau turnamen ini gagal atau batal. Dimana martabat kampung kita kalau turnamen ini sampai ndak sukses ataupun gagal," timpal Abun.

"Benar.  Cuma apa mungkin kita-kita yang diangkat sebagai panitia itu paham dengan aturan permainan golf itu? Apa kita tahu aturan olahraga itu? Beda dengan sepakbola. Dan Aku sudah bilang dengan Pak Sekdes. Aku mundur dari kepanitiaan. Aku ndak paham dengan aturan permainan olahraga golf itu. Jangan gara-gara aku yang ndak paham ini, kampung kita malu. Dan turnamen kacau," ujar Lanyek.

Beberapa malam menjelang Turnamen Golf Tingkat Provinsi akan dilaksanakan, Matbengel duduk di teras depan rumahnya sambil menikmati kopi bikinan istrinya. Hatinya sedang gundah gulana. Ribuan pertanyaan termemori dalam otak besarnya. Matbengel bertanya-tanya. Kenapa masyarakat Desa Ancoklilot sudah jarang bertandang ke rumahnya? Kenapa masyarakat tidak berantusias menghadapi rencana Turnamen Golf Tingkar Provinsi. Padahal dirinya dan para staff kantor Desa sudah menjelaskan kepada para warga dalam setiap kesempatan dan pertemuan. Sejuta pertanyaan terus bergulir dan bergulir dalam otak Matbengel.

Tak Tahan menahan gundah sendiri, esok paginya, Matbengel berbincang- bincang dengan Sekdes di Kantor Kepala Desa Acoklilot. Di ruangan kerjanya yang apik dan bergaya arsitektur terkini, Matbengel menanyai kesiapan Turnamen Golf Tingkat Provinsi itu.

"Bagaimana Pak Sekdes persiapan turnamen Golf itu? Mohon laksanakan dengan baik. Jangan sampai memalukan desa kita ini sebagai tuan rumah," tegas Matbengel.

"Itulah persoalannya Pak Kades. Sebagai panitia lokal, kami ini bingung dan bingung bagaimana mengurusnya? Kegiatan inikan beda dengan turnamen sepakbola atau main gasing. Aturan mainnya pun kami tak paham. Dan banyak masyarakat yang menolak menjadi panitia. Saya jadi bingung," jawab Pak Sekdes sembari mengurut jidatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun