Para anakbuahnya pun terdiam. Tak bisa membujuknya lagi.Mareka hafal betul dengan watak bekas komandannya.
Bagi lelaki tua  televisi butut atau kuno kata bekas anak buahnya adalah salah satu saksi sejarah hidupnya bahkan bagi bangsa ini. Bagaimana tidak kala itu televisi itu menjadi saksi bagi seluruh pasukannya untuk melihat dan mendengar pidato dari pimpinan tertinggi penjajah bahwa penjajah telah mengakui bangsa ini merdeka. Televisi yang dia beli dengan cara kredit hingga membuatnya harus puasa setengah bulan tiap buannya penuh dengan memori. Bahkan televisi itu memperjodohkannya dengan mendiang istrinya.
" Kalau kalian semua ingin menggantikan televisi itu, berarti kalian semua saja ingin melupakan sejarah perjuangan bangsa ini," katanya.
" Dan saya sudah bertekad hingga ajal menjemput televisi ini tak bisa tergantikan. Tak akan saya ganti," ujarnya dengan nada narasi tegas dan  keras.
Kembali para mantan anak buahnya terdiam. Mematung dihadapannya. Tak ada suara sama sekali yang keluar dari mulut mereka.
Lelaki tua itu sudah tiga malam tak bisa lagi menyaksikan siaran televisi. Maklum televisi tua itu sedang direparasi di sebuah pusat perbengkelan televisi. Dan selama tiga hari pula lelaki itu tak mendapatkan informasi apapun tentang berita terkini yang hangat di tanah air.
Dan warga sekitar Kampung pun sudah tiga kali subuh tidak melihat lelaki renta itu datang ke masjid untuk sholat subuh berjemaah. Bahkan saat sholat magrib dan Isya di masjid pun, mareka tak  melihat batang hidung lelaki tua itu.
" Sudah beberapa hari ini, kakek tak kelihatan sholat berjemaah di masjid," tanya seorang jemaah.
" Iya. Apa beliau sakit," sambung jemaah masjid yang lainnya dengan nada setengah bertanya.
" Kalau begitu usai sholat magrib kita ke rumah beliau. Lagi pula sudah lama kita tak bersilahturahmi ke rumah beliau," ajak Ketua masjid.
Usai sholat magrib rombongan jemaah masjid menuju ke rumah lelaki renta. Rumah lelaki renta itu tampak sepi. Tak ada lampu penerangan. Gelap. Dengan senter para jemaah masjid mulai memasuki halaman rumah. Beberapa kali ketukan di pintu tak dijawab. Demikian pula dengan ucapan salam Assalamualaikum dari para jemaah tak terjawab.