Hatiku makin terjahit kesedihan ketika membuka halaman ke sebelas. Sebuah puisi karya Pak Nugroho tentang seorang anak yang memakai baju dari kain percah membangunkan cerita masa lalu tentang Ibuku yang selalu menjahit baju kami, anak-anaknya. Airmata ku tiba-tiba menderas bak hujan yang jatuh dari langit.
Halaman 12
Arak-arakan gerombolan burung camar menghiasi langit biru. Pertanda senja akan tiba. Sebuah atrikel tentang hotel yang ditulis Patter Celestine di halaman Hedaline, mengingatkku untuk berwisata. Aku jadi teringat dengan janjiku kepada istri dan anak-anakku bahwa aku akan mengajak meraka berlibur saat akhir pekan tiba. Aku adalah seorang lelaki jantan yang harus menunaikan janji. Aku bukan lelaki pengobral narasi yang sering dialkoni para pencari suara lima tahunan itu.
Halaman 13
Sebuah halaman bertuliskan angka tiga belas, membuat mataku menatap sebuah artikel apik yang ditulis Ozzy. Rangkaian narasinya sangat indah. Deretan diksinya sungguh menawan hati.  Betah sekali membacanya. Tiba-tiba aku teringat dengan tulisan hebat Irwan Rinaldi Sikumbang. Mataku selalu kuat membaca tulisan mereka. Tulisan tentang 13 Tahun Kompasiana  membuat mata tuaku tiba-tiba makin kuat untuk membaca. Dirgahayu Kompasiana.
Toboali, selasa pagi hingga rabu pagi, 26-27 Oktober 2021
Salam sehat dari Toboali.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H