Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Ada Berita Dunia Kiamat

28 Agustus 2021   22:46 Diperbarui: 28 Agustus 2021   22:46 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Alhamdulillah kalau memang begitu. Ibu cuma khawatir saja dengan pergaulanmu. Apalagi banyak yang bilang Mae itu sekarang berubah sebagai seorang lelaki," ujar Ibunya.

Mira hanya terdiam. Penyanyi bersuara emas ini masih ingat dengan kata-kata Mae saat mengantarnya pulang.

" Kalau saja etika, aturan dan hukum di negeri ini memperbolehkan kita bersama, aku ingin menyuntingmu. Sayang semua itu hanya mimpi," cetus Mae. 

Dan Mira pun terkaget-kaget dengan ucapan Mae saat itu. Seluruh badannya menggigil. Ketakutan melanda sekujur tubuhnya. Ingin segera tiba di rumah.

Suasana Kantor Dusun Antah Berantah pagi itu sungguh ramai bak pasar malam. Seluruh warga mendatangi Kantor Dusun. Mareka menuntut Pak Kadus untuk membatalkan pernikahan Mira dan Mae.

" Kami minta Pak Kadus segera mengusir mareka dari kampung ini. Mareka telah menebar aib bagi warga Desa," ujar seorang warga sebagai orator lewat pengeras suara. 

Suaranya yang menggelegar mengalahkan panasnya sinar mentari yang menerpa para warga.

" Tak ada tempat bagi mareka untuk hidup di Kampung ini," lanjutnya.

" Saudara-saudara semuanya harap tenang. Tak ada izin untuk acara perkawinan Mira dan Mae. Silahkan bapak dan Ibu tanya kepada Pak penghulu. Tak ada," jawab Pak Kadus menenangkan massa.

" Benar sekali wahai saudaraku. Tak ada izin kawin untuk Mira dan Mae alias Mawi. Tak ada. Kalian semua jangan termakan isu yang tak jelas sumbernya. Yang ada adalah izin kawin dari saudara Megi yang akan menikah dengan saudaranya Pak Kadus. namanya sama Mira juga. Toh tak ada alasan saya menolak mareka menikah. Mareka kan warga yang berbeda kelamin. laki-laki dan perempuan," jelas Pak Penghulu.

Semua warga Dusun terdiam. Membisu. Tak ada narasi bantahan. Tak ada argumen. Seketika semuanya menjadi senyap. Angin sepoi-sepoi yang berhembus lewat pepohonan yang rimbun di halaman Kantor Dusun mendinginkan suasana hati mareka, para warga Dusun. Angin sejukkan jiwa mareka dari segala isu dan rumor-rumor yang datang bak badai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun