Tak pelak tawaran untuk berumah tangga pun acapkali ditolak oleh wanita muda itu walaupun datangnya bertubi-tubi bak mesiu yang dilontarkan lawan saat perang. Tak terkecuali datang dari pimpinan kerjanya yang pelit dan kikir itu.
Lelaki itu tak akan pernah paham dan memahami seumur hidupnya bagaimana mungkin orang terbaik disisi hidupnya selama ini harus mengubah derajat kehidupannya menjadi impoten dan terkulai bak manusia tanpa martabat diri dan arah hidup yang cerah.
Curhatan orang terbaik disisinya membutnya harus terkulai diderasnya kompetisi hidup yang makin ganas dan saling memakan antar sesama. Derajat kehidupannya sebagai manusia kini merendah dan jadi bahan perguncingan para masyarakat disetiap sudut Kota tanpa ampun. Martabat hidupnya sebagai manusia terhinakan dan menjadi trending topik perbincangan manusia penghuni Kota tanpa terapologikan. Dan lelaki itu terkulai lemah. Dihempas narasi bau.
Lelaki itu terkulai diderasnya arus kehidupan yang menghantamnya tanpa ragu-ragu seakan-akan ingin membinasakannya dalam percaturan hidup sebagai manusia lewat perbincangan yang ternyata bisa mematikan langkah seorang manusia tanpa ampun.
Suara azan bergema. Religiuskan jagad raya. Ajakan dari seorang lelaki tua bersorban menghantarkannya ke rumah Sang Maha Pencipta untuk bersujud dan memohon ampunan dan meminta petunjuk sebagai bekal hidup menatap masa depan yang makin menggganas di depan matanya yang terhinakan oleh narasi bau.
Dan lelaki itu kini berdiri tegak menatap alam dan cakrawala dengan kepala tegak dan jiwa yang bersih. Siap mengarungi derasnya arus gelombang kehidupan yang makin ganas dan buas bak di hutan rimba.
Toboali, minggu dinihari, 22 Agustus 2021
Salam sehat dari Kota Toboali
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H