Cerpen : Lelaki Setengah Baya
Lelaki setengah baya itu mematikan lampu di ruang tamunya. lalu bersegera menuju tempat tidurnya. Meski sudah terbaring dan bersiap tidur, Â lelaki setengah baya itu tak bisa memejamkan matanya. Dia berpikir keras memeras otaknya. Apa maksud ucapan dari tamunya tadi. Dia terus berpikir hingga akhirnya terlelap.Â
Matahari diufuk timur sedang bersiap-siap untuk menyapa bumi yang masih diliputi kegelapan. Lelaki setengah baya itu tampak pula bersiap-siap untuk bekerja. Sarapan pagi yang dihidangkan istrinya di meja makan tiba-tiba terasa hambar dilidah tuanya. Istrinya tampak tidak begitu antusias mendengar cerita Lelaki setengah baya itu tentang tamunya semalam. Ceritanya tentang narasi dari tamunya semalam ditanggapi dengan gelengan kepala oleh istrinya.
Kegiatan rutintas dikantor, dijalani lelaki setengah baya itu dengan kegelisahan. Beberapa rekan kerja se ruangannya pun merasakan ada sesuatu yang ganjil yang dialami lelakii setengah baya itu. Namun mereka enggan menarasikannya. Takut dihardik lelaki setengah baya itu yang dikenal sebagai pegawai yang emosional.
Saat jam istirahat siang, lelaki setengah baya itu langsung minta izin kepada pimpinannya dan  meninggalkan kantor. Dengan mobil tuanya, lelaki setengah baya itu langsung tancap gas meninggalkan Kantornya diiringai sejuta tanya dihati para rekan sekantornya. Tak biasanya lelaki setengah baya itu meninggalkan Kantor saat jam istirahat. Dimata rekan sekantornya, lelaki setengah baya itu dikenal sebagai pegawai yang rajin dan penuh inisiatif. Â
Lelaki setengah baya itu berputar-putar di jalanan Kota bersama mobil tua tanpa tujuan yang pasti. Setidaknya, dia berharap dengan mengelilingi jalanan  Kota, matanya akan termanjakan dan berharap pikirannya tenang.Â
Tiba-tiba, lelaki setengah baya itu berhenti di sebuah warung makan terkenal di Kota itu. Dengan makan, dia berharap pikirannya akan tenang dan segar. Apalagi warung makan itu adalah warung makan kesukaannya. Setidaknya sudah dua piring nasi beserta lauknya sudah dilahapnya. Suasana hatinya makin tak nenentu. Perasaannya makin membangkrut.Â
Saat tiba di rumah, suara azan magrib sudah terdengar merdu dari corong pengeras suara masjid. Tiba-tiba lelaki setengah baya itu teringat dengan narasi tamunya semalam.
"Ketenangan yang abadi itu hanya ada saat kita ingat kepada Sang Maha Pencipta dan bersujud kepadaNYA. Itulah obat jiwa kita," ucapa tamunya semalam.Â
Secepat kilat, lelaki setengah baya itu mandi dan berpakaian rapi serta dengan langkah kaki yang tergopoh-gopoh menyegerakan diri menuju masjid yang tak jauh dari rumahnya. Mata istrinya terbelalak menyaksikan perilaku suaminya itu. Dalam hatinya, dia bersyukur suaminya mau ke masjid. Kebesaran nama Allah SWT terus disebutnya berkali-kali hingga tanpa terasa airmatanya menetes diubin rumahnya.
" Terima kasih, Ya Allah. Terima Kasih Ya Allah, Yang Maha Pengasih dan Penyayang umatnya. Engkau telah membuka mata hati suamiku," ujarnya dengan bibir yang gemetar dan airmata yang berlinang.
Usai sholat magrib berjemaah di masjid, lelaki setengah baya itu tak langsung pulang ke rumah. Dia masih dalam masjid. Sejuta doa terus dilantunkannya. Istiqfar terus digemakannya. Zikir terus disuarakannya hingga tanpa terasa airmatanya mengaliri sejadah masjid. Â
" Ampuni hambamu ini, Ya Allah. Ampuni hambamu ini, Ya Allah," desisnya diiringi dengan airmata yang terus mengalir dari kedua kelopak matanya.Â
Mata tuanya tiba-tiba menerawang ke puluhan tahun yang silam. lelaki setengah baya itu pernah menghamili seorang rekan sekerjanya hingga melahirkan anaknya. Kasus itu menggemaprkan Kantornya. Â Dengan kelihaiannya, Lelaki setengah baya lolos dari tanggungjawab untuk menikahi rekan kerjanya dengan menjadikan rekan kerjanya yang lain sebagai tumbalnya dan harus menikahi rekan kerja yang telah dihamilinya.
Lelaki setengah baya itu kini hanya bisa berpasrah diri kepada Sang Maha Pencipta atas segala dosa masa lalunya. Dan dihadapan Allah SWT, Sang Maha Pencipta, lelaki setengah baya itu mengakui perbuatan dosanya puluhan tahun silamnya.
Toboali, Jumat Barokah, 16 Juli 2021
Salam sehat dari Kota ToboaliÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H