Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Berita Duka dari Dapur Suami

11 Juni 2021   04:24 Diperbarui: 11 Juni 2021   04:41 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerpen : Berita Duka dari Dapur Suami

Gendeng memulai hari pertamanya usai di PHK dengan mencuci. Menuci apa saja yang ada dalam rumah dan terutama dapur. Mulai dari piring kotor, hingga baju kotor. Dilakoninya. Apalagi semenjak Mbok Dayang pulang ke Kampung dan tak bekerja lag di rumah marekai maka, Gendeng sebagai orang yang berada di dirumah wajib menyelesaikan semua pekerjaan yang ada dalam ruang rumah mareka.
" Kamu harus bertanggungjawab atas semua barang dalam rumah ini. Mulai dari piring hingga baju kotor," pesan istrinya dengan nada suara setengah berteriak yang sempat menggagetkan tetangga rumah mareka yang baru memulai malam pertamanya.
" Pelan-pelan dong kalau ngomongnya. Jangan berteriak. Saya denger kok," jawab Gendeng.

" Kamu itu tak akan pernah mendengar omongan saya, istrimu dengan setulus hati, kalau di telingamu masih ada alat ini," ujar sang istri sambil mencabut sebuah alat kecil yang sengaja ditempel Gendeng di telinganya sebagai upaya  meredam suara istrinya yang sangat besar. Sebesar badannnya yang bongsor.

Alat peredam suara itu dibeli Gendeng usai dirinya menerima suarat PHK dari Kantornya yang bangkrut karena kalah bersaing dengan perusahaan konsultan asing yang kini mulai menyemarakan persaingan dunia konsultan di disini. Lelaki lukusan sebuah Universitas Tehnik terkenal ini langsung menuju sebuah pusat elektronik terbesar di negera ini. Apalagi dari cerita-cerita kawannya yang sempat di PHK mencari pekerjaan di tempat baru tidak segampang membalikkan telapak tangan. Dan yang amat mengerikan dari cerita kawan-kawannya yang telah pernah mengalami PHK aadalah tentang perlakuan para istri mareka. Istri mareka menganggap suami mareka sebagai jongos dan pembantu.

" Istri saya langsung memulangkan pembantu di rumah, saat mendengar saya di PHK perusahaan. Dan selama saya belum mendapat pekerjaan, saya sebagai pembantu di rumah," cerita kawannya.
" Benar sekali.  Mulai dari mencuci piring hingga mencuci pakaian dalam istri, kita harus kita lakoni. Kalau tidak, ya siap-siap dapet omelan dan nggak dapat jatah malam," sambung kawan yang lain yang disambut dengan tawa yang memecahkan kesunyian malam. 

Tawa itu sangat renyah bahkan teramat renyah dari sekelompok kaum lelaki. Tawa yang sangat membahagiakan mareka sebelum mareka pulang ke rumah yang penuh dengan keangkeran narasi tak teratur dari istri mareka.

Usai sholat subuh di Musholla, Gendeng memulai aktivitasnya di dapur. Dari merebus air panas untuk keperluan membuat kopi dirinya hingga membuat susu istrinya sebagai bekal sarapan istrinya, Gendeng juga ke pasar terdekat yang ada di ujung Komplek perumahannya. Beberapa mata memandangnya dengan penuh was-was bahkan terkesan curiga. Ada pula yang memandangnya dengan mata yang sinis dan meremehkan seolah-olah ingin menyatakan bahwa gendeng lelaki loyo.
" Masa bodoh  dengan persepsi orang. Yang penting istri di rumah tak ngomel," pikir Gendeng sambil melangkah masuk ke dalam pasar.

 " Toh mareka cuma bisa berpendapat. Yang mengalaminya semuanya kan aku," desisnya dalam hati dengan nada percaya diri.

Istrinya sudah bersiap menunggu jemputan kantor di halaman rumah saat Gendeng baru tiba dari pasar Komplek perumahan. Dan seperti biasanya sebuah narasi berbungkus omelan tembus menerjang gendang telinga Gendeng yang tak terpasang alat kcil peredam suara. Dia tak menyangka kalau istrinya belum berangkat ke Kantor.
" Jangan lupa Pak. Hari ini masak sop," teriak istrinya yang membut beberapa anak-anak  yang  akan berangkat kesekolah terkaget-kaget dengan suara yang dilontarkan sang istri. Gendeng ingin menjawab,.Tapi suara sang istri mendahuluinya suara dari mulutnya.

 " Yang enak," sambung sang istri sembari masuk ke dalam mobil jemputan yang telah tiba. Gendeng cuma mendesah.

Malam ini malam jumat. Sudah sebulan Gendeng menjadi penggangguran. Dan selama sebulan itu bobot badannya turun hingga tiga kilo, Tak heran banyak teman, sahabat bahkan tetangganya mulai pangling melihat kondisi fisik gendeng. Mareka terkejut melihat perubahan anaomi tubuh Gendeng yang kini semakin kurus. Bahkan rambutnya mulai memanjang tak terurus. Beda dengan Gendeng sebulan yang lalu, tepatnya saat Gendeng masih bekerja. Gendeng selalu tampil klimis dan flamboyan. Kegantengan wajah yang dimilikinya menambah keflamboyannnya sebagai lelaki. Dan tak dapat dipungkiri masih banyak wanita yang ingin meliriknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun