" Terima kasih Pak Ketua. Pimpinan juga sudah setuju dan menyambut baik kalau proses perizinan perluasan itu direkomendasikan Pak Kades," jawab seorang yang ternyata salah seorang pimpinan perusahaan tambang pasir.
" Maka saya bilang beri bagian untuk Pak Kades. Beliau kan lagi butuh dana untuk pencalonanya kembali," celetuk teman ketua BPD.
" Iya. Tapi jangan terlalu besar dan jangan merugikan perusahaan. Yang urgen perizinan jalan dan Pak Kades ada amunisi untuk pergerakan beliau," kata ketua BPD.
" Kalau soal itu saya belum bisa menjawabnya. Harus saya konsultasikan dulu dengan big bos," jawab pimpinan perusahaan itu.
Pak Kades Desa Ancoklilot kaget ketika salah seorang staffnya mengabarkan bahwa perusahaan tambang pasir telah mengajukan perian perluaan lahan.
" Sudah saya katakan bahwa saya tidak akan memperpanjang izin perusahaan tambang pasir itu. Dan saya tidak mau ketemu dengan mareka," jawab Pak Kades dengan nada keras yang mengagetkan staffnya.
" Kalian sebagai staff Kantor Desa kan sudah paham bagaimana gejolak sosial tentang perusahaan itu. Kalian kan sudah mengerti bagaimana dampak lingkungan yang diakibatkannya," lanjut Pak Kades dengan nada geram.
" Tapi Pak," ujar staffnya dengan terbata.
" Kamu pikir saya dapat bagian dari perusahaan itu," tanya Pak Kades. Staffnya hanya terdiam. Tak menjawab. Bibirnya terkatup rasa takut.
Senandung Pak Kades dapat bagian dalam perusahaan pertambangan pasir mulai menggema ke penjuru Desa. Berita ini cepat menyebar bak virus. Kecepatan daya sebarnya melebihi kecepatan pesawat boeing. Gaungnya dengan secepat kilat menggegerkan warga Desa. Menembus dinding-dinding ruangan pribadi warga.
" Saya sungguh tak habis pikir dengan berita ini. Apa mungkin Pak Kades kita dapat bagian dalam perusahaan itu," ungkap seorang warga yang dulunya timses Pak Kades.