Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Tim Fulus

28 Maret 2021   11:49 Diperbarui: 28 Maret 2021   11:57 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pikiran Rakyat Tasikmalaya

Cerpen : Tim Fulus

"Kamu tak usah banyak nanya asal uang ini. Ini uang halal," ujar suaminya  lalu beranjak meninggalkan istrinya seorang sendiri. lelaki muda itu menghampiri motor baru di halaman rumahnya yang ditumbuhi bunga bakung. Lelakimuda itu lalu bergegas mengendarainya. Meninggalkan asap knalpot yang masuk ke rumahnya. Sang istri melepasnya dengan hati yang bahagia. 

Lembaran uang bergambar sang pendiri bangsa terlihat sangat tebal yang ditinggalkan suaminya di meja ruang tamu rumah mereka. Dan baru kali ini, semenjak mereka menikah, dia melihatlembaran uang yang begitu banyak dan tebal. Dan dengan uang banyak dan tebal itu bisa menghidup mereka beberapa bulan bahkan setahun penghasilan suaminya bekerja sebagai kuli bangunan di sebuah proyek pembangunan.

Sejak suaminya menjadi tim sukses Calon Kades, suaminya jarang di rumah. Sepulang dari  memeras keringat sebagai kuli bangunan  , suaminya hanya mampir ke rumah sebentar. Suaminya sudah jarang mencicipi masakan dirinya.  Usai mandi dan mengganti pakaian, lalu pergi lagi. Maklum masa Pilkades tinggal menghitung hari. Pulangnya punterkadang tengah malam, saat malam menjelang bangkrut. Sebelum azan Subuh bergema menggetarkan langit. 

Meningkatnya perekonomian keluarga membuat sang istri merasa bahagia. Tak ada lagi percakapan sengit diantara mereka soal dapur mereka. istrinya tak pernah lagi  mengeluh  soal beras dan tetek bengeknya yang dulunya seringkali menjadi bahan perdebatan mereka. Maklum sebagai kuli bangunan, pendapatan sang suami masih dibawah UMR. 

" Cagal itu orangnya pintar dan pandai bicara. Bisa mempengaruhi banyak orang. Makanya dia dipakai Pak Kades sebagai tim suksesnya," ujar seorang warga Desa.

"Lagian Cagal itu memang lulusan universitas. Hanya nasibnya saja yang belum beruntung," sambung warga yang lainnya.

"Dan yang paling penting jadi tim sukses Pak Kades pasti makmur. Uang Beliau kayaknya beranak pinak. Tak habis-habis," sela warga yang lain yang disambut dengan nada suara tawa para warga Desa yang sedang nongkrong di kedai kopi Mpok Iyem di ujung Desa. 

Sementara matahari semakin tinggi. Sinarnya sangat garang menyinari bumi. Cagal masih asyik masyuk mengaduk semen. Pikirannya melayang. Janji Pak Kades yang akan mengangkat sebgai pegawai Desa, membuat otak lelaki muda berpendidikan itu melayang-layang.

" Kalau saya menang, kamu akan saya ajak bekerja di Kantor Desa. Membantu saya. Kamu kan sarjana. Lulusan Univrsitas. Jangan hanya jadi kuli bangunan terus," ucap Pak Kades.

" Terima Kasih, Pak. Semoga Bapak menang. Kami sebagai tim sukses akan berusaha memenangkan Bapak sebagai calon Kades," jawab Cagal.

Malam itu dengan kendaraan roda dua yangdiberikan Pak kades sebagai kendaraan operasionalnya, Cagal membelah malam. Cahaya rembulan mengiringi perjalanannya. Malam ini, arah tujuan motornya menuju ke Kampung sebelah. Cagal ingin bertemu dengan Mbak Liluk, seorang paranormal yang amat terkenal. Tujuannya ingin memastikan kemenangan Pak Kades yang didukungnya dalam pemilihan nanti.

"Terus terang, Pak Kades dukunganmu pasti menang. Uangnya banyak. Tak habis tujuh turunan. Yang menjadi pertanyaan saya, dari mana uangnya?," ujar Mbak Liluk sembari bertanya. Cagal kelagapan. Tak mampu menjawab pertanyaan paranormal tersohor itu. wajahnya menunduk. Tak mampu menatap wajah Mbah Liluk.

" Kamu seorang sarjana. Orang pintar. Tapi dalam memilih pilihan kok seperti orang kebanyakan. Hanya berdasarkan fulus dan fulus. Dimana nurani mu sebagai kaum muda yang katanya sebagai generasi penerus ?,"sambung Mbah Liluk lagi. Cagal terdiam. Dulu dia bersama beberapa tokoh pemuda dan mayarakat pernah melakukan demo di Kantor Desa menuntut pertanggungjawab Pak Kades soal anggaran Dana Desa. 

Cagal tertunduk.  Narasi  Mbah Liluk seolah menghantam jantungnya dengan pukulan godam yang sangat keras yang  mengeluarkan darah yang kental yang mengaliri tubuhnya. Mengerang kesakitan menahan luka.  lelaki  muda itu pun roboh seketika. Tubuhnya terkapar dilantai.

Toboali, minggu siang,28 Maret 2021

Salam sehat dari Kota Toboali, Bangka Selatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun