Lelaki setengah baya itu berjalan menyusur jalanan Kampung dalam diam. Secara tiba-tiba, matanya menatap segerombolan ular yang keluar dari hutan kecil. Lelaki setengah baya itu terkejut. Dan di tengah keterkejutan jiwanya, dia berpapasan dengan beberapa warga. Melihat para warga, lelaki setengah baya itu menebar senyuman. Kesempatan untuk bertanya,' bisiknya dalam hati.
"Maaf, bapak-bapak. Siapa warga kampung yang meninggal," tanyanya.
"Pak Lurah," jawab seorang dari warga.
"Pak Lurah," jeritnya.
"Iya. Beliau wafat semalam dimangsa ular yang datang ke rumahnya secara bergerombolan," jelas seorang warga.
"Beliau kena guna-guna," sambung seorang warga lainnya. Tenggorokan lelaki setengah baya itu seolah tercekik mendengar cerita warga.
Lelaki setengah baya itu menyingkir dari iring-iringan para pengantar jenazah yang dipikul para warga menuju ke pekuburan Kampung. Lelaki setengah baya itu mencari tempat sunyi untuk melihat orang-orang yang mengantar jenazah Pak Lurah hingga ke pekuburan.
Dengan langkah yang bergegas, lelaki setengah baya itu melangkah dengan langkah kaki yang amat bergairah. Dia membayangkan wajah istri muda Pak Lurah yang akan menyambutnya mendengar kabar bahagia ini. Dan tentunya menyambut kedatangannya dengan wajah yang berbungkuskan gairah. Sudah lama dia tak dimanjai istri muda Pak Lurah. Sudah lama sekali semenjak Pak Lurah tinggal di rumah istri mudanya itu.
Toboali, selasa malam, 16 Maret 2021
Salam dari Kota Toboali, Bangka selatan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H