Wajah cantiknya memerah. Cahaya matahari telah merajamkan kulit putihnya dengan ganas. Dia laksana orang yang telah menempuh perjalanan yang sangat panjang.Â
Seorang lelaki menyambut kedatangannya di pintu rumah dengan penuh tatapan lara. Ada kedukaan dalam tatapan wajahnya. Ada rasa iba yang membungkus tatapannya.
" Apakah engkau ketemu dengan Roy, adikku," tanya lelaki suami perempuan itu.
" Tidak Bang. Aku belum ketemu. Info dari sekretarisnya, Roy keluar Kota," jawab perempuan itu sembari menyandarkan punggungnya di kursi.
" Roy ternyata membohongi aku. Dasar adik yang tak tahu diuntung," ujar suaminya.
" Bukan Bang. Info dari sekretarisnya Roy dipanggil mendadak ke jakarta. Lewat sekretarisnya Roy berpesan, agar aku datang minggu depan," kata istrinya.
Wajah suaminya berubah. Tersembul harapan dikerut wajahnya yang memancarkan sebuah harapan.
"Maafkan aku. Kalau sampai sekarang aku belum bisa membahagiakan kamu!" bisik sang suami ke telinga sang istri  menjelang tidur malam. Sang istri memejamkan mata, namun hatinya tetap rusuh.
" Aku sudah menghubungi Roy, adikku. Dia akan membantu kita," lanjut sang suami. Sang istri terdiam. Matanya terpejam. Tapi hatinya tetap gelisah.
"Aku kadang malu sama teman-teman arisanku, Bang. Mereka selalu menceritakan tentang rumah  mereka dengan segala macam kembang yang indah dihalaman rumah mereka.. Ada juga teman arisan yang menceritakan tentang rumah baru mereka sudah selesai dibangun dan akan segera ditempati. ," ujar sang istri.
Kali ini sang suami yang terdiam. Matanya pun terpejam. Namun hatinya menangis mendengar cerita istrinya.
Ketika pemerintah mengabarkan akan membangun jalan tol di sekitar Kampung mereka itu, Â maka semeter tanah bisa dihargai jutaan rupiah oleh pemiliknya. Warga yang tanahnya terjual, menjadi orang kaya baru. Mereka menghabiskan uangnya dengan membeli kendaraan roda empat dan roda dua.Warga dari luar kota yang yang banyak menyerbu masuk ke Kampung mereka. Menciptakan persaingan baru dengan warga Kampung. Mereka membawa harta dan kekayaan entah dari mana. Lalu membangun kawasan pemukiman baru di Kampung.
Sementara sebagai warga Kampung suaminya belum juga menjual tanahnya untuk dikonversikan dalam bentuk investasi. Atau membangun rumah. Maklum hingga kini mereka masih tinggal di rumah ibunya. Adalah sebuah kewajaran bila sang istri merengek minta dibuatkan sebuah rumah.
"Aku tidak perlu rumah mewah dan besar,Bang. Â Yang penting rumah sendiri. Rumah sendiri, meskipun kecil." Sang istri menatap sang suami dengan pandangan menghiba.Â
"Kamu setuju, kan?" lanjut sang istri.
" Tapi untuk menjual petak sawah warisan itu, aku perlu mendapatkan persetujuan dari adikku, Roy," sahut Sang suami.
Airmata suami istri itu tumpah ke bumi. Mereka mendapat kabar, bahwa Roy, adik satu-satunya sang suami mengalami kecelakaan pesawat dalam penerbangan menuju Ibukota. Pria yang belum menikah itu merupakan pejabat penting di sebuah Kabupaten termasuk salah seorang penumpang maskapai yang  ikut dalam penerbangan itu. Kesedihan melanda keluarga itu. Terutama sang suami. Berhari-hari dia mengurung diri dikamar. Menangisi kepergian sang adik satu-satunya. Rumah mereka pun dibanjiri para kerabat dan tetangga. Mereka ikut berbela sungkawa.
Sebagai ahli waris tunggal, sang suami memperoleh santunan asuransi yang besar dari maskapai penerbangan dan pemerintah. Â Sedangkan semua harta peninggalan adik satu-satunya itu, jatuh ke tangan sang suami. Sang suami mendadak menjadi orang kaya baru.
Hari itu, rumah mereka kedatangan tamu. Para pejabat pemerintah,perwakilan maskapai dan notaris sudah berkumpul di ruang tamu rumah mereka. Tak terkecuali aparat kampung mereka hadir. Mereka akan menyaksikan pemberian santunan dari pemerintah dan maskapai atas nama adiknya Roy kepada sang suami sebagai ahli waris.Â
Sang suami menatap sang istrinya. Terlihat ada kegundahan di wajah sang suami. Airmata sang suami terlihat menetes membasahi ubin rumah mendiang keluarga suaminya, yang kini akan menjadi rumah mereka. Termasuk santunan dari pemerintah dan maskapai.Â
Toboali, kamis, 11 Maret 2021
Salam dari Kota Toboali, Bangka Selatan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H