Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Seratus Ribu Rupiah

7 November 2020   09:39 Diperbarui: 7 November 2020   09:51 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iya. Sudah banyak laporan yang masuk ke kantor desa tentang isu uang Rp.100.000 itu. Cuma hingga kini kita belum tau, siapa yang menyebarkan ke rumah-rumah warga dan apa tujuannya. Saya telah memerintahkan Pak Tegep selaku Kepala Keamanan Desa untuk meningkatkan ronda malam di tiap-tiap RT. Tapi hingga detik ini belum juga terungkap siapa dalang dibalik ini semua," jelas Pak Kades kepada beberapa tokoh pemuda yang datang ke kantor Desa.

"Bagaimana Pak kalau kita mengajak warga untuk tidak memilih mereka yang menggunakan uang dalam Pilkades ini," usul Tuman.

"Iya, Pak. Kita pasang spanduk, baliho dan pengumuman agar warga tidak memilih calon dan kandidat yang menggunakan duit untuk meraih kekuasaan. Lagipula praktik jahanam itu amat bertentangan dengan jiwa demokrasi. Dan ini momentum bagi kita semua untuk mencerdaskan masyarakat sebagai pemilih," sahut Remon.

"Saya amat setuju dengan ide dan gagasan adik-adik sekalian.Sangat brilian. Dan itulah sebabnya, kenapa saya nggak mau mencalonkan diri lagi menjadi Kades. Saya khawatir kondisi semacam ini akan muncul. Saya tidak mau menjadi pimpinan desa dan pemimpin rakyat Desa ini karena harus membayar utang pada orang-orang yang telah mengeluarkan dana besar buat saya. Buat pembiayaan kampanye saya. Ujung-ujungnya rakyat yang rugi. Pembangunan tidak optimal. Kita semua sebagai warga yang menanggung akibatnya," jelas Pak Kades. Anak-anak muda Desa Ancoklilot pun terdiam. Dalam hati mareka membenarkan apa yang disampaikan Pak Kades

Esoknya, pemasangan baliho dan spanduk tentang Pilkades bermartabat yang dilakukan Remon dan kawan-kawan dari Gerakan Pemilih Bersih mendapat respon dari masyarakat Desa. Ada kelompok masyarakat yang mendukung. Ada pula kelompok masyarakat yang mencibir niat baik Remon dan kawan-kawan.
Di warung Mang Keliru, perdebatan dan adu narasi pun tak terelakkan. Bak acara talkshow di tivi. Semuanya bicara bak para politisi yang sering terlihat ditipi dengan nada suara yangberapi-api. Pembicara saling mengeluarkan jurus pamungkas untuk memenangkan argumentasinya masing-masing. Terkadang intonasi suara pun menggelegar bak petir disiang bolong. Suara mareka pun makin meninggi dan meninggi.

"Mon, apa maksud kamu memasang spanduk itu," tanya Pak Dedek dengan nada tinggi.

"Tidak ada maksud apa-apa.Kami sebagai warga Desa cuma menghimbau dan menghimbau.  Kami ingin Pilkades ini berlangsung dengan baik dan bermartabat. Dan harga diri warga Desa ini di hargai sesuai dengan hak mareka sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di desa ini," jawab Remon santai sambil menyeruput kopi.

"Apa kurang besar yang rakyat terima itu," tanya Pak Dedek lagi.

"Bukan soal besar dan kecilnya nilai yang diterima rakyat Pak. Tapi ini menyangkut harga diri dan martabat kita sebagai rakyat yang merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di desa ini. Begini ya Pak. Kita hitung secara matematika yang sederhana saja. Kita hitung bodoh saja Kalau tiap warga dapat Rp.100.000, maka selama lima tahun masa kepemimpinan Kades terpilih, maka satu warga yang memilih satu calon itu  dihargai calon itu hanya Rp.9000 perbulan. Artinya tiap hari warga hanya dihargai sekitar Rp.300. Apa itu harga diri kita sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di Desa ini? Apa kita nggak malu di juluki para calon Kades itu sebagai orang malas dan tidak bermartabat hanya karena dihargai Rp.300 perhari? Anak saya saja sehari jajan bisa Rp.5000." jelas Remon.

Semua terdiam. Tak ada yang menjawab. Mereka membenarkan apa yang disampaikan Remon.

"Dan apakah Bapak-bapak sekalian yakin, kalau mareka terpilih, mereka akan membalas kebaikan dan budi bapak-bapak? Jauh panggang dari api. Yang jelas mereka harus mengembalikan modal yang telah mareka keluarkan selama Pilkades. Dan kita sebagai warga hanya akan gigit jari. Semua ini karena kesalahan kita sebagai pemilih yang tidak bermartabat dan mudah dibeli dengan uang tanpa memikirkan dampak yang akan datang," urai Remon berapi-api bak orator. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun