Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Ada Cerita Palsu dari Mulut Palsu Penutur Palsu

20 Agustus 2018   00:47 Diperbarui: 1 Februari 2019   23:29 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam makin melarut. Selarut jiwa para warga yang terlelap dalam mimpi panjangnya. Bermimpi tentang apa yang akan disantap esok hari. Bermimpi tentang hidupnya. Bermimpi tentang masa depan anak-anaknya. Bermimpi tentang sesuatu.  Hingga terus bermimpi bertemu penutur narasi tentang sesuatu yang terus berkembang biak dalam mimpi mereka tanpa mampu mereka tepis dalam balutan jiwa yang kering kerontang dimakan peradaban zaman yang makin renta.

" Kalian semua harus percaya dengan cerita tentang sesuatu ini untuk masa depan kalian semua sebagai warga. Untuk kebahagian kalian semua sebagai warga," bunyi suara itu terus bergemuruh dalam sanubari warga yang masih terus bermimpi tentang keindahan kehidupan hari esok.

" Anda Siapa," tanya warga

" Bapak berasal dari mana," sambung warga lainnya.

" Kami ingin tahu siapa sebenarnya Tuan ini hingga bisa bertutur cerita tentang sesuatu ini," celetuk yang lain.

" Tuan jangan menjadi provokator," sela warga yang lain.

" Buka topeng Bapak," usut warga lainnya. 

Penutur cerita tentang sesuatu itu terdiam. Menahan nafas. Menelan ludah tanpa harus kehilangan akal.

" Apakah penting bagi bapak-bapak semua tentang identitas saya? Mana yang lebih penting, cerita tentang sesuatu ini yang berguna untuk masa depan bapak semua atau identitas saya," tawar penutur itu.

" Maaf, Kami tidak menerima narasi hoax. Kami tidak butuh cerita palsu dari mulut palsumu," jawab seorang warga dengan suara tinggi.

" Benar sekali kata teman kami tadi. Kami tidak menerima cerita palsu tentang sesuatu yang palsu dari penutur cerita palsu yang membuat kami para warga bercerai berai," sambung warga yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun