Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lelaki Penantang Tuhan

12 Agustus 2016   10:49 Diperbarui: 12 Agustus 2016   10:58 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Kamu setuju atau tidak setuju, saya tetap akan menikahi perempuan itu," jawab lelaki itu. 

Lelaki itu akhirnya menikahi wanita setengah baya itu. Dan semua narasi pun mulai terlontar dengan tajam ke arah jantungnya tanpa mengenal waktu bak peluru yang dilontarkan ke medan perang. Setiap hari warga Kampung menarasikan perilaku poligaminya. Dan lelaki itu pun mulai terhuyung-huyung dalam menatap alam. Pertengkaran mulai mewarnai hidupnya.

" Kamu itu telah gagal sebagai suami. Dan saya menyesal menikah denganmu," kata istri keduanya.

" Gara-gara kamu saya seperti ini. Dan gara kamu pula saya tidak dipercaya orang," jawab lelaki itu.

" Karena kamu memang tidak layak jadi lelaki sejati. kamu itu pantasnya menjadi banci," sambut istrinya. Lelaki itu hanya terdiam.

" Saya akan meninggalkan kamu detik ini juga," lanjut istrinya. Lelaki itu tergagap-gagap. Tak mampu menahan langkah sang istri yang telah meninggalkan rumah. Lelaki itu pun mulai terkulai. 

###

Lelaki itu mulai menjadi malam sebagai denyut nadi hidupnya. Kehidupan malam menghias hidupnya sehari-hari. Tak ada lagi waktu mengabdi kepada Sang pencipta. Tak ada lagi waktu untuk berbagi kebahagian untuk sesama di masjid. Malam adalah waktu yang sangat istimewa baginya. Setiap malam lelaki itu mengumbar nafsu dari satu pelukan ke pelukan wanita lainnya tanpa malu, Dasyatnya kejantannanya dilontarkannya kesembarangan wanita malam. Kejantanannya diumbar tanpa malu. Jiwanya labil. Nuraninya terkikis oleh nafsu hewani.

Lelaki itu terkapar ketika vonis dari dokter yang menyatakan dirinya pengidap penyakit HIV. lelaki itu terkulai. Hidupnya seolah-olah mati. Tak ada lagi kebanggan hidupnya sebagai manusia dan lelaki. Tak ada lagi. Hanya sumpah serapah pun dia lontarkan kepada Sang Maha Pencipta. Menyalahkan Sang maha Penyanyang tanpa introspeksi diri.

Lelaki itu masih terus menyerapah Tuhan tanpa kenal waktu. Tiada hari tanpa narasi serapah dari mulutnya. Sementara waktu terus berjalan seiring perputaran matahari dan rembulan. Lelaki itu hanya menunggu waktu. (Rusmin)

Toboali, Bangka Selatan, jumat 12/8/2016.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun