Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jangan Buka Baju Dikamar, Tante

11 Juni 2016   23:14 Diperbarui: 11 Juni 2016   23:26 2308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kampung Kami heboh. Kehebohannya bukan karena ada warga yang tertangkap tangan KPK karena korupsi. Dan kehebohannya bukan pula karena ada warga yang tertangkap Densus 88 karena aktivitas teroris. Bukan sama sekali.

Erupsi kehebohannya adalah ulah seorang warga baru yang tinggal di kampung Kami. Warga itu bernama Sundari. Biasa disapa Tante Sun. Usianya sekitar 40 tahunan.  Omongan pembantu tante Sun membuat warga Kampung Kami heboh bahkan terkesan waspada. Terutama para istri dan kaum ibu-ibu.

" Nyonya memang begitu kebiasaannya. Habis pulang kerja biasanya langsung buka baju," cerita Mpok Inem pembantu rumah Tante Sun pada suatu sore saat berkumpul dengan warga di halaman rumah sambil menunggu tukang sayur datang.

" Ha...! Nyonyamu buka baju sembarang kalau sudah di rumah," tanya seorang ibu Kampung Kami sambil membelalak matanya.

" Iya. Asal pulang ngantor langsung buka baju. Terkadang di ruang tamu sudah lepas bajunya," jawab Mpok Inem polos.

" Pantesan kini laki aku sering keluar rumah kalau jam delapan malam," sahut ibu yang lain.

" Lho, emamngnya suami ibu sering keluar malam, ya Bu," tanya Mpok Inem.

Para ibu-ibu tak menjawab. Mareka langsung ngacir pulang dengan suara bersungut-sungut penuh sumpah serapah.

Berita tentang Tante Sun sering buka baju kalau pulang ngantor kini menembus dinding kamar warga. Menetes hingga ruang pribadi para warga. Mengalahkan berita tentang harga daging sapi yang tak bisa turun. Warga kini tak pernah lagi mengeluh soal harga sembako yang naik terus di bulan Ramadhan ini. Mareka para warga itu hanya mengeluh soal aksi Tante Sun yang sering buka baju sembarangan di rumahnya. Pembicaraan itu seolah-seolah mengalahkan berita tentang kesusahan hati mareka dihantam harga barang-barang yang mulai menggunung tinggi nilainya.

Semua kaum ibu mulai menaruh kecurigaan kepada para suaminya. Tak terkeculai Ibu kepala Kampung. Kecurigaannya kepada Pak kepala Kampung mulai terlihat. Apalagi dulu Pak Kepala kampung pernah kepergok datang secara diam-diam ke rumah seorang janda.

" Ibu Kepala Kampung mesti bertindak. jangan membiarkan fenomena ini mengusik hati kita," lapor seorang ibu kepada istri kepala Kampung.

" Iya, Bu. Ibu kepala Kampung harus bertindak. Laporkan dengan Pak Kepala Kampung. Jangan sampai para suami kita tergoda dengan kemolekan tante Sun," celetuk warga yang lain.

" Sabar, ibu-ibu. Ini bulan puasa. Bisa batal puasa kita kalau membicarakan aib orang lain. Apalagi ini baru desas desus," jawab Ibu Kepala Kampung.

" Biar Tuhan yang menilai puasa saya, Bu. Tapi kalau soal perilaku tante Sun buka baju sembarangan di rumahnya yang bisa membuat rumah tangga kita tergoyahkan, Tuhan pasti akan tahu kok," jawab Ibu tadi.

Ternyata berita tentang kebiasaan Tante Sun buka baju kalau pulang kantor merembes hingga ke kaum laki-laki di Kampung Kami. Mareka kaum lelaki, tua dan muda menjadikan fenomena buka baju di rumah menjadi trending topik. Usai pulang tarawih, pembicaraan itu mengular di mulut warga. Wabahnya bak virus yang tak mampu terdeteksi. 

" Pantesan para hansip kalau tante Sun pulang langsung patroli di halaman rumah Tante Sun. Itu biang masalahnya," ujar Udin saat para warga berkumpul di warkop mang Jonriel.

" Iya. Lihat saja kini. Semenjak Tante Sun tinggal disini mareka rajin patroli. Sangat rajin," sela warga yang lain.

" termasuk kamu yang kini hobby datang ke pos ronda kan walaupun bukan giliranmu," tuding Doni kepada warga itu. Semuanya tertawa mendengar tembakan langsung mang Doni kepada warga itu yang mukanya langsung memerah menahan amarah.

Puncak kemarahan warga, terutama kaum ibu-ibu pun tiba. Usai berbuka puasa mareka langsung mendatangi rumah Pak kepala Kampung. teriakan warga di halaman rumahnya membuat pak kepala Kampung yang baru saja pulang dari masjid mengejutkan. Kain sarungnya pun dinaikkan hingga ke lutut. Kode dari sang istri membuat pak Kepala Kampung tersadar atas apa yang dilakukannya atas penarikan sarung yang terlalu tinggi yang bisa berujung saru bagi pemandangan para warga yang kebanyakan kaum ibu-ibu.

" Pak Kepala Kampung. kami minta dengan hormat bapak mengusir warga yang bernama Tante Sun dari Kampung ini. Dia telah mengotori Kampung kita," ujar Ibu Ida dengan suara garang yang langsung disambut teriakan dukungan dari para warga lainnya.

" Benar sekali Pak. Dia telah menodai Kampung ini dan kehidmadan bulan puasa ini," celetuk ibu yang lain.

 " Persoalannya apa, kok tiba-tiba saya harus mengusir warga? Apa kesalahan beliau," tanya Pak kepala Kampung.

" Tante Sun selalu membuka bajunya di rumahnya kalau pulang ngantor," jawab Ibu Ida.

" Lho? Kok orang buka baju di rumahnya tak boleh? Apa ada undang-undang yang melarang itu," jawab pak Kepala Kampung.

" Itu bisa jadi sumber masalah pak kepala Kampung. Banyak suami warga kini selalu ada di sekitar halaman rumah tante Sun kalau dia pulang ngantor. Kami tak mau suami kami tergoda," jawab ibu yang lain.

" Kenapa kalau kalian buka baju dikamar kok nggak protes? Apa kalian nggak pernah buka baju di rumah," tanya pak Kepala kampung. Semua warga terdiam. Membisu. tak ada yang menjawab. Sebagian ibu-ibu memerah wajahnya mendengar pertanyaan Pak Kepala Kampung.

Usai Sholat tarawih, Pak Kepala Kampung beserta jajarannya RT dan RW serta perwakilan Ibu-ibu warga mendatangi rumah tante Sun. Kebetulan Tante Sun pulang dari tarawih dari masjid.

" Mohon maaf sebelumnya tante Sun. Saya dan para warga datang ingin menanyakan kepada tante Sun sola keresahan kaum ibu-ibu di kampung ini," jelas pak kepala kampung.

" Soal saya sering buka baju di rumah," tanya Tante Sun.

" Iya, tante Sun," jawab Pak Kepala Kampung.

" Saya memang selalu buka baju kalau pulang ngantor. Panas cuacanya. Apalagi di rumah ini tak ada AC. Tapi saya buka bajunya di kamar pribadi saya. Pembantu saya saja tak pernah melihat saya buka baju, karena pintu kamar selalu saya tutup. Jadi yang melihat saya buka baju hanya saya saja. Apalagi kalau saya buka baju lampu juga saya matikan. Saya sendiri malu melihat saya buka baju," jelas tante Sun dengan senyum yang ditebarkannya ke seluruh warga yang datang.

" Oh...? Jadi Tante Sun ndak pernah buka baju di rung tamu," tanya warga yang lain.

" Ndak pernah. kalau pulang kerja saya langsung masuk kamar dan ganti baju. Tak ada yang salahkan?," tanya tante Sun. Semua perwakilan warga yang datang ke rumah Tante Sun terdiam. malu.

" Saya juga mengerti kok dengan etika hidup bermasyarakat. Saya juga wanita. Sangat paham dengan perasaan ibu-ibu. Apalagi saya juga pernah merasakan disakiti lelaki," lanjut Tante Sun. Semua warga kembali terdiam. Ada rasa malu dihati mareka atas dugaan yang selama ini mareka tebarkan di ruang angkasa tanpa bukti yang kongrit.

" Apakah saya tak boleh membuka baju  di kamar pribadi saya," tanya Tante Sun lagi. Semua warga kembali terdiam. Membisu. hanya desis angin yang terasa. Tak ada jawaban. Dan secara perlahan mareka pun meninggalkan rumah Tante Sun dengan menahan malu.

Dan saat warga sudah mulai meninggalkan halaman rumahnya, Tante Sun pun bertanya.

" Pak. Apakah saya masih boleh membuka baju di rumah saya," tanya Tante Sun.

Tak ada yang menjawab. Suara Tante Sun telah terkalahkan dengan bisingnya suara warga yang menyatakan rasa penyesalannya. Sementara di langit, bintang bersinar terang. Kunang-kunang terbang diudara lepas dengan kerlap-kerlipnya yang berwarna-warni menambah keindahan malam. Malam yang sangat tenang. Malamnya bulan ramadan. Malamnya sejuta bulan. (Rusmin)

Toboali, Bangka Selatan 6 ramadan.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun