Tiga tahun menginap di hotel predeo telah mengajarkannya tentang hidup dan kehidupan Kota yang ganas dan tak bertuan. Dona kini baru memahami hidup saat berada di dalam jeruji besi. Persahabatan hanya diukur dengan duit. Selama dirinya dalam penjara, tak seorang pun sahabatnya yang membesuk. Kecuali Ayu sahabatnya sedari kecil di Kampung.
" Maafkan aku Ayu," ujarnya dengan nada terbata-bata saat Ayu menjenguknya setiap awal bulan.
Keluar dari hotel prodeo, Dona dengan diantar Ayu sahabatnya langsung meluncur ke Kampung halamannya. Dan Dona bertekad tak akan kembali dalam panggung hiburan, kendati tawaran mulai berdatangan menghampirinya. Dirinya telah berjanji untuk membangun Kampung halamannya dengan sisa-sisa kepopuleritasnya yang masih tersimpan di tabungan.
" Saya ingin membangun pesantren dan mengajar anak-anak kampung mengaji," ungkapnya kepada Ayu saat mareka hampir tiba di kampung halamannya. Dan Ayu paham Dona pernah menjadi juara ngaji tingkat Kabupaten saat mareka masih bersekolah di SMA.
Suara azan magrib telah berkumandang. Religiuskan alam. Para warga mulai berduyun-duyun menuju masjid. Tak terkecuali Dona yang dengan penuh linangan airmata memohon ampun atas segala dosanya selama ini. Malam makin beranjak.Kerlap kerlip bintang mulai taburi langit. langit semakin cerah secerah hati Dona. (Rusmin)
Toboali, Bangka Selatan