Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sang Primadona

28 April 2016   22:28 Diperbarui: 28 April 2016   22:32 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Iya, Bu. Saya mengerti," jawab Dona sambil mencium tangan Ibunya saat hendak pamit ke Kota.

" Kamu harus jaga diri Nak. Jangan terpengaruh dengan gaya kehidupan Kota yang tak jelas," nasehat Sang Ayah.

Obat-obat terlarang dan gaya hidup bebas telah menjadi ciri khas Dona kini. Dona berkeyakinan gaya hidupnya seharmoni dengan populeritas namanya sebagai artis top. Gaya hidup yang tak pernah dibayangkannya saat masih di Kampung.

" Aku ini artis top. Bukan artis Kampung lagi," ungkap Dona saat sahabatnya Ayu menasehatinya pada suatu malam saat melihat Dona pulang dalam keadaan mabuk.

" Saya paham. Banyak artis top negeri ini yang perilaku mareka tetap sederhana dan jadi panutan masyarakat," jawab Ayu sembari menyebut beberapa nama artis yang meskipun namanya amat populer namun tetap bersahaja.

Dona terdiam seribu bahasa. Tatapan matanya nanar. Ada rasa malu dalam jiwanya. Ada rasa sesal dalam nuraninya.

" Kamu harus ingat, hidup tak selalu diatas. Dan sederet artis pendatang baru siap menggusur kamu bila kamu tak mampu menahan gejolak diri. Kamu tahu kan berapa banyak artis senior yang kini harus melunta diri karena tak mampu menahan gejolak diri," lanjut Ayu.

Populeritas Dona di panggung televisi memang tak lama. Hanya seumur jagung. Bahkan  ubi di kebun Bapaknya belum panen. Demikian pula dengan renovasi rumahnya masih belum kelar. Bahkan kreditan sepeda motor buat adiknya pun belum lunas. Dirinya kini harus menjadi pesakitan saat aparat menangkapnya saat sedang pesta narkoba di rumah teman lelakinya. Dirinya kini menjadi bulan-bulanan media infotainmen yang memblow up beritanya hingga menekuk martabat keluarganya di Kampung. Eskalasi harga diri keluarganya di kampung kini mulai terusik. Desas desus mulai menjalari ruang wacana para warga Kampung.

" Ternyata Dona itu top karena merangkap sebagai bandar obat terlarang," desis para warga Kampung.

" Pantesan bisa masuk tipi. Rupanya membayar," sambung warga yang lain.

" Saya tak menyangka, kalau Dona bisa berbuat begitu. padahal dulu waktu masih disini sangat religius," celetuk warga lainnya dengan nada setengah bertanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun