Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pak Presiden, Kami Lapar

13 April 2016   22:32 Diperbarui: 14 April 2016   00:29 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kampung Kami gempar. Kegemparannya bukan karena erupsi gunung merapi. Bukan pula karena tertangkap tangannya koruptor. Dan bukan pula karena ada warga Kampung yang ditangkap Densus 88. Bukan sama sekali,

Erupsinya adalah pengumuman dari Pak Kepala kampung bahwa Kampung Kami akan didatangi Pak Presiden.

" Pak Presiden akan kunker ke kampung ini minggu depan," demikian bunyi pengumuman yang disampaikan Pak Kepala Kampung lewat pengeras suara. Para warga terdiam. Tertegun usai mendengar pengumuman di siang bolong yang panas itu.

Bagi kami penghuni warga Kampung, kedatangan Pak Presiden tentunya akan membawa dampak besar bagi derajat kehidupan. Kampung kami yang terletak diujung negeri ini memang tak pernah tersentuh pembangunan. Kalau pun ada pembangunan yang diciptakan di Kampung kami hanya janji yang disampaikan para pengejar jabatan pada waktu pemilihan Legislatif dan pemilihan kepala daerah.

Dan biasanya usai perhelatan demokrasi itu para pengejar ambisi kekuasaan itu pun lari tunggang langgang entah kemana. Baru kembali nampak batang hidungnya kalau Pileg dan Pilkada kembali akan digelar. Dan sebagai rakyat kecil yang berdiam di Kampung kecil bahkan tak ada dalam peta negara, kami hanya berdiam diri. Tak ada upaya untuk melawan. Tak ada kuasa untuk melawan mareka kaum cerdik pandai itu. Kami hamya mengeluh dan mengusap dada terhadap lakon para pengemis suara kami itu.

Tak pelak narasi yang disampaikan Pak kepala Kampung disambut dengan nada sukacita oleh kami penghuni Kampung. Setiap hari para warga selalu bernarasi tentang rencana kedatangan pak Presiden. Tak ada diksi lain selain kedatangan Pak Presiden. Seolah-olah dengan membicarakan tentang rencana kedatangan Presiden, warga Kampung bahagia. Setidaknya bisa lepas untuk sementara waktu dari beban yang menggerogoti hidup.

" Semoga kehadiran Pak Presiden akan membawa dampak bagi hidup kita," ujar Hasan.

" Iya. Saya berharap demikian," sela Mang No.

" Tapi kalau Presiden datang, apakah kita masih lapar," tanya Ali.

Semua terdiam. Tak ada yang menjawab. Semua terdiam. Membisu bak terdakwa korupsi yang disangkakan para aparat hukum.

Kampung kami adalah Kampung nelayan. Kehidupan kami hanya dari laut yang ada disekitar Kampung. Kami bangga dengan kekayaan alam laut ini. Bisa menghidupi kami. Bisa membuat kami sejahtera. Soal ada tidaknya perhatian negara bagi kami soal lain. Yang penting kami bisa mencari ikan dilaut. Lautan adalah segalanya bagi para warga. Segala yang terjadi selalu dihubungkan dengan pasang surut air laut. Termasuk menikah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun