Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gol yang Terlupakan

25 Februari 2016   21:30 Diperbarui: 25 Februari 2016   21:37 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Kamu bermain pada babak kedua saja. Ini kesepakatan antara Ketua dan manager klub," ujar sang Pelatih.

" Saya sudah paham Coach. Saya sudah paham. Kita sengaja mengalah kan," jawab Sukri. Sang pelatih kaget mendengar jawaban anak asuhnya.

" Kok kamu tahu?," tanya sang pelatih. Sukri tak menjawab.

Dalam final yang bergengsi itu, Sukri memang hanya diturunkan pada saat pertandingan hanya tinggal 15 menit saja dimana timnya sudah tertinggal 3-0. Dan saat sebuah kesempatan mencetak gol diperoleh timnya lewat pinalti, Sukri sebagai algojonya gagal mengeksekusinya dengan sempurna. Bola tendangan Sukri melayang di atas gawang. Sebagaimana melayangnya pikiran Sukri. Dan itu awal dari kariernya sebagai pesepakbola. Dirinya merasa terhina. Martabatnya sebagai pemain sepakbola tak berharga. Usai pertandingan itu Sukri memutuskan untuk berhenti bermain dan hidup dari sepakbola. Segala atribut kebanggaanya mulai dari sepatu, kostum dan emblem lainnya yang berbau sepakbola dibuangnya. Ditinggalkannya. Nonton sepakbola pun tak pernah lagi. Sukri fokus menata hidupnya sebagai petani di sebuah Desa yang jauh dari Kota.

Kini kenangan hitam itu seakan-akan dibangkitkan kembali oleh putra semata wayangnya, Anjas. Darah yang mengalir ditubuh Anjas adalah darah sepakbola yang dilimpahkannya lewat gen dirinya dalam kolaborasi lewat sebuah rahim sang istri.Semua orang mengisyaratkan anjas sebagai reinkarnasi dirinya saat masih aktif sebagai pesepakbola. Lincah dan gesit. Mencetak gol adalah ciri khas Anjas sebagaimana dirinya dulu saat masih aktif bermain sepakbola. Tak heran bila Anjas kini dipanggil Timnas Yunior untuk berlatih di luarnegeri.

" Pak Sukri tidak bisa menghalangi talenta Anjas. Dia pemain sepakbola hebat. Sekarang dipanggil timnas yunior untuk membela bangsa. Membela martabat bangsa di arena olahraga. Hanya martabat bangsa yang masih kita punyai Pak," ujar pelatih Anjas saat mareka meminta izin dari Sukri untuk membawa Anjas putranya bertanding keluar negeri.

" Saya tidak ingin nasib saya menimpa Anjas coach. Saya tidak mau sebagai pesepakbola dia tidak bermartabat. Tidak dihargai," jawab Sukri.

" Insya Allah Pak. Kami berusaha membina mareka agar memiliki ciri khas sebagai pesepakbola yang berharga diri dan bermartabat," kata pelatih Anjas.

Sore yang teduh menghantarkan Anjas meninggalkan rumah mareka di sebuah kampung. Sukri melepaskan kepergian Anjas bersama Timnas dan para coachnya dengan doa.

" Semoga kamu jadi pemain sepakbola yang berharga diri nak," bisik Sukri ditelinga Anjas sesaat sebelum putranya memasuki mobil jemputan. Anjas mengangguk. Dan mobil jemputan Anjas pun meninggalkan jalan kampung menuju pentas dunia untuk memartabat nama bangsa di gelanggang olahraga. Ya, hanya untuk martabat bangsa dengan kostum merah putih dengan garuda di dada anak bangsa. (Rusmin)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun