Kebaikan hati dan jiwa yang ditebarkan lelaki itu telah mengangkat hidupnya sehingga bisa untuk hidup mandiri tanpa mengharapkan uluran tangan dari keluarganya. Apalagi dirinya masih mempunyai adik yang masih kecil-kecil. Sementara ayahnya hanya seorang pegawai rendahan.
Dan dimata Aspri hanya lelaki itu yang berani mengutarakan niat baiknya kepada keluarganya di Dusun. Sementara pak kakan hanya berwacana saja tanpa bukti kongret.
Hidup yang diangankan Aspri bersama lelaki itu hanya impian. Kekacauan terjadi saat dirinya didatangi seorang wanita setengah baya yang berkulit putih. Narasi dari wanita itu membuatnya harus menguburkan impiannya hidup bersama lelaki yang telah membuatnya kehilangan harga diri sebagai wanita.
" Sebagai wanita kita harus bermartabat. jauhi ayah dari anak-anak saya. Masih banyak lelaki di dunia ini," ucap wanita itu. Aspri pun terkulai. Dunia seakan mau runtuh.
Setali tiga uang dengan lelaki perusak martabat dirinya, Pak Kakan pun kini enggan menoleh dengan dirinya. Lelaki itu menjaga jarak denagn Aspri. Hubungan kerja sebagai bawahan dan atasan pun di kantor pun menjadi hambar. Tak ada lagi sapa dan teguran yang membahagiakan. Semuanya menjadi hampa.
" Maaf, ya Mbak. Pak Kakan tidak mau lagi Mbak berhubungan dengannya. mbak kan tahu sendiri kondisi pribadi Mbak yang sebenarnya," ungkap teman sekantornya seolah menyampaukan pesan Pak Kakan.
" Apa karena aku tidak terhormat lagi sebagai wanita? Apa karena aku sudah kehilangan martabat ku sebagai seorang wanita," desak Aspri kepada teman sekantornya.
' Iya, Mbak," jawab teman sekantornya sambil berlalu.
Hidup memang harus dihadapi, sepahit apapun yang telah terjadi. Nasehat orangtua dan desakan keluarga besarnya membuat Aspri bersedia menerima lamaran dari seorang lelaki muda untuk menjadi suaminya. Soal apa yang akan terjadi nantinya harus dihadapinya sebagai konsekwensi dari perjalanan hidupnya. Dan Aspri tak akan menyesali atas apa yang telah terjadi. Catatan hitam yang telah menorehkan tinta merah dalam buku perjalanan hidupnya sebagai manusia di bumi ini adalah bekal hidupnya untuk menghadapi masa mendatang yang main ganas.
Malam makin melarut. Kerlap kerlip bintang dilangit makin bercahaya dan sangat indah.Kunang-kunang terus menari. Aspri pun terlelap dalam mimpinya menyongsong masa depan. Ya, masa depan untuk anak-anaknya. (Rusmin)
Â