Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan yang Memadamkan Rembulan

20 September 2020   07:39 Diperbarui: 20 September 2020   07:42 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perempuan itu nampak sedang memadamkan rembulan. Tangannya memegang siang. Sorot matanya kelabu. Mengalahkan langit yang sedang biru.

Perempuan itu menolak malam. Dia adalah dinihari. Penghuni dari kerajaan sunyi.

Perempuan itu menghela matahari. Bahunya seletih nyala api. Di saat tungku telah nyaris mati.

Kepada gerimis, perempuan itu mengadukan kemarau yang membuatnya tak bisa menanam bunga. Katanya; halaman rumahku berduka.

Kepada pagi, perempuan itu berbincang tentang senja. Ujarnya; hatiku berada di wilayah sandyakala.

Kepada dirinya, perempuan itu menatap sepasang mata. Menyaksikan kesepian menetap di sana.

Bogor, 20 September 2020

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun