Akiko menjadi jengah dengan lamunannya sendiri. Namun seketika berubah menjadi kekesalan saat melihat ternyata Lian Xi juga sudah bangun dan menyeruput kopinya di depan Andalas di meja makan. Abazure!
Pagi terlewati dengan cepat. Tanpa terasa waktu telah menunjukkan pukul 9 tepat. Mereka yang sudah bersiap segera turun dan keluar dari hotel melalui basemen. Andalas bilang Luigi menjemput mereka di sana. Bukan di lobi.
”Syukurlah kau selamat Pak Tua!” Akiko langsung menyapa Luigi begitu masuk ke limousine lain lagi yang telah menunggu. Luigi merespon dengan anggukan dan senyuman.
Andalas yang dari semalam masih penasaran, bertanya cepat kepada Luigi.
”Siapa yang telah meledakkan Limo semalam Luigi. Aku tidak heran kau bisa selamat, tapi bagaimana nasib drivernya?”
Luigi kembali tersenyum. Kali lebih lebar.
”OWC. Orang-orang mereka lebih bodoh daripada orang-orang Organisasi. Bom itu telah dipasang di bawah body mobil semenjak aku menyewanya. Aku menjinakkannya di perjalanan menuju Bandara untuk menjemput kalian. Aku mengaktifkan lagi dan meledakkannya begitu kalian semua sudah masuk lobi hotel.”
”Lalu nasib driver sewaan itu bagaimana? Apakah dia sempat turun juga?” Akiko ikut penasaran. Kasihan membayangkan seseorang yang tidak tahu apa-apa terus menjadi collateral damage dari perjalanan panjang misi ini. Wah! Ini Andalas style! Akiko tersipu sendiri. Lelaki itu telah merasuk begitu dalam ke ruang otaknya.
”Tentu saja drivernya selamat tak kurang suatu apa! Karena memang mobil itu sama sekali tidak ada pengendaranya. Aku telah menyuruh turun driver sewaan itu jauh sebelum menjemput kalian di bandara. Setelah itu aku menggunakan teknologi SDC. Self Driving Car.”
Andalas memandang aneh Luigi. Siapa sih orang tua ini sebenarnya?
Perbincangan dihentikan karena mereka sudah sampai di kantor SNB yang sudah buka. Luigi meminta Akiko bersiaga di balik kemudi menggantikan SDC. Dia sendiri lalu mengikuti Andalas masuk ke kantor SNB.