Akiko menyetir mobil sewaan dari hotel menuju ke bandara Taliedo yang berjarak kurang lebih 15 mil keluar kota Milan. Cecilia berpesan kepada petugas hotel bahwa mobil sewaan bisa diambil di sebuah supermarket tidak jauh dari Taliedo. Cecilia mengarang itu semua. Dia hanya punya keyakinan bahwa supermarket pasti ada di mana-mana. Apalagi bila berdekatan dengan fasilitas besar seperti bandara.
Tidak sampai 1 jam mereka sudah memasuki bandara lama yang masih terawat meski semua fasilitasnya sudah terlihat tua. Bahkan menara ATC juga masih berdiri dengan kokoh. Aktifitas di bandara lama ini tidak terlalu sibuk. Hanya nampak beberapa mobil mewah parkir di slot parkir yang tidak terlalu banyak.
Tentu saja Andalas dan yang lainnya memaklumi jika bandara ini terlihat sepi. Bandara ini hanya melayani penerbangan dan parkir bagi pesawat pribadi dan carter. Bukan komersial.
Andalas menjalankan mobilnya menuju area hanggar yang berjajar seperti gudang-gudang raksasa tak terpakai lagi.
A2. Ini dia! Tidak ada siapa-siapa di sana. Andalas hendak membuka gembok besar pintu raksasa hanggar ketika sebuah mobil pick up datang menghampiri mereka. Seorang pria setengah baya keluar dan menyapa.
Akiko meraba kantong jaketnya. FN itu masih di sana.
"Maaf anak muda. Ini hanggar pribadi. Apakah kau punya kepentingan di sini?" pria paruh baya itu bertanya penuh selidik kepada Andalas yang menghentikan upayanya memasukkan anak kunci.
"Maaf Pak. Saya hanya hendak membuka pintu hanggar ini atas amanat seseorang yang memberi saya kuncinya."
"Hmm, dimana kau mendapatkan kuncinya dan siapa yang memberimu amanat?"
Andalas menyodorkan anak kunci kepada pria yang sama sekali tidak kelihatan berbahaya dan nalurinya mengatakan bahwa pria ini bisa dipercaya.
Pria itu mengamati anak kunci yang diterimanya dari Andalas.