Zurich-Milan
Terowongan San Gottardo
2 mobil Mini Cooper itu mulai tancap gas begitu memasuki highway. Akiko dan Lian Xi seolah sedang beradu balap. Andalas tertidur dengan lelap meski mobil dipacu Lian Xi dengan kecepatan tinggi. Sedangkan Cecilia harus beberapa kali menyentuh lengan Akiko untuk menurunkan kecepatan karena mereka memang melampaui batas kecepatan.
Station wagon hitam yang dikemudikan anak buah Isamu ikut-ikutan tancap gas setelah Isamu memerintahkan jangan sampai mereka kehilangan jejak. Isamu bahkan menduga 2 mobil Mini Cooper tahu bahwa mereka telah dikuntit olehnya.
Seperti sebuah mata rantai, Porsche Panamera juga ikut memacu kecepatan. Mobil mewah itu tentu saja dengan mudah menyusul buruannya. Tapi Helda sengaja tidak mau habis-habisan. Dia tahu mobil Ford tidak jauh di depannya itu berisi orang-orang Yakuza.
Mereka sama-sama memburu wanita China yang ada di mobil Mini Cooper. Mereka sama-sama gagal di Paris De Gaulle karena tiba-tiba saja Killer Hunter itu muncul dan ikut campur tangan.
Meskipun sama-sama disewa oleh Organisasi, namun Helda dan Isamu sama sekali tidak bekerjasama dalam upaya menangkap Lian Xi. Mereka justru bersaing. Sang Eksekutor menghendaki Lian Xi dalam keadaan hidup. Jika mati, maka bayarannya hanya setengah dari yang dijanjikan.
Saat di Bandara Paris, Helda sebenarnya hendak menangkap Lian Xi di toilet. Bom yang dibawanya hanya untuk mengalihkan perhatian saat pelarian. Apalagi Isamu dan kawan-kawan secara terang-terangan terlihat mengincar Lian Xi. Helda berniat melarikan Lian Xi sekaligus membuat babak belur Isamu dan kawan-kawan menggunakan bomnya.
Tapi Killer Hunter itu mengacaukan semuanya. Brengsek! Lelaki itu sangat tangguh. Dia sudah mengenal reputasinya sejak lama, tapi baru kali itulah dia menyaksikan betapa tangguhnya pembunuh dari para pembunuh itu.
Sekarang kembali dia mengejar buruan yang sedang satu mobil dengan si Killer Hunter sialan itu. Belum lagi Isamu dan kawan-kawannya bisa mengacaukan rencananya. Helda mengangkat gawainya sambil terus menyetir dengan waspada.
"Cegat di dalam terowongan San Gottardo! Kondisikan buka tutupnya. Aku akan menggiring mereka ke sana."
Helda sedikit mengurangi kecepatannya. Terowongan itu adalah rencana yang sangat sempurna.
Sementara Isamu yang kurang menguasai medan kecuali dengan melihat peta, memutuskan bahwa mereka akan menyerang sebelum orang-orang itu memasuki perbatasan Italia. Di wilayah Italia pasti tidak leluasa. Banyak sekali carabinieri berjaga di titik-titik penting sepanjang jalan menuju Milan.
Isamu memeriksa persenjataan. AK 47, senapan bius, granat asap. Lengkap.
Akiko menambah kecepatan. Cecilia mengatakan tak lama lagi mereka akan memasuki terowongan San Gottardo. Kalau dia bisa lebih dahulu masuk dan Lian Xi terjebak buka tutup terowongan, maka dia akan bisa merasakan kemenangan adu balap dengan Lian Xi. Kaki Akiko terus menjejak gas yang membuat Mini Cooper itu meraung-raung dahsyat.
Rupanya Lian Xi berpikiran sama. Meskipun tugasnya sebagai agen MSS kebanyakan di Eropa Timur terutama Rusia, tapi dia pernah menghabiskan beberapa tahun di Eropa Barat. Semua tempat telah dijelajahinya. Baik via darat, udara maupun perairan. Apalagi dia pernah ditugaskan untuk menjalankan tugas spionase di Jerman. Lansekap Alpen sudah sangat dikuasainya.
Seperti sebuah film action tentang lomba balap mobil. Kedua Mini Cooper itu sama sekali tidak mengendorkan kecepatan. Sampai-sampai Andalas yang biasanya tidak peduli dengan keadaan seperti itu terbangun dan mengrenyitkan keningnya. Dia melirik wajah Lian Xi yang tegang dan terus fokus memperhatikan jalan.
Saat menoleh ke kanan, mata Andalas bertemu dengan tatapan Akiko yang tersenyum mengejek sambil mendahului dengan kecepatan tinggi. Andalas mengeluh dalam hatinya. 2 wanita ini mesti segera dipisahkan. Kalau tidak, akan selalu ada drama di antara mereka.
Mendekati San Gottardo, kedua Mini Cooper melambat. Memasuki terowongan diatur sedemikian rupa sehingga volume kendaraan tidak berlebihan di dalamnya. Sistem buka tutup diberlakukan.
Andalas menegakkan tubuhnya. Sinyal tanda bahaya berdengung dalam otaknya. Terowongan adalah tempat paling berbahaya bagi mereka yang sedang menjadi buronan. Kebetulan saat ini mereka tertahan di pintu masuk karena menunggu antrian. Andalas menekan kancing bajunya.
"Akiko, apakah kau melihat hal-hal mencurigakan saat tadi kalian balapan formula? Para penguntit misalnya?"
Terdengar jawaban mengejutkan dari Akiko.
"Station wagon Ford warna hitam di belakang sepertinya adalah yang kau maksud. Dia berada di belakang Toyota Camry warna silver!"
Andalas semakin tegang. Tapi Akiko hebat juga!
"Tidak hanya itu. Porsche Panamera warna merah yang berada di belakang station wagon itu juga sedang memburu kita."
Astaga! Lian Xi juga bermata tajam. Andalas menganggukkan kepala berterimakasih.
"Akiko, aku akan meminta Lian Xi pindah ke mobilmu. Aku akan memancing mereka mengejarku. Kau langsung putar balik di U-turn di depan begitu terowongan ini dibuka dan naik kereta api di stasiun yang tadi kita lewati. Kita bertemu di stasiun kereta api yang berada tidak jauh setelah terowongan San Gottardo."
Akiko menjawa iya. Andalas lalu berpindah tempat duduk dan meminta Lian Xi pindah ke mobil Akiko dengan tidak terdeteksi. Lian Xi melambaikan tangan dengan ringan. Ini perkara mudah.
Proses perpindahan itu terjadi dengan cepat. Bertepatan pula dengan dibukanya pembatas jalan menuju terowongan yang merupakan tanda agar mobil-mobil segera masuk.
Akiko menekan gas. Mini Cooper hitam itu melejit seperti kilat di antara antrian lalu menikung tajam di U-turn dan melaju dengan kecepatan tinggi di jalan arah sebaliknya.
Sementara Andalas tidak terburu-buru. Dia berjalan pelan sesuai antrian masuk terowongan. Setelah Lian Xi pindah, Andalas sempat membuat kamuflase di jok penumpang sebelah kirinya sehingga nampak seolah masih ada siluet penumpang yang duduk. Kaca Mini Cooper ini lumayan gelap. Dan itu menguntungkan rencananya.
Andalas melirik kaca spion. Station wagon yang disebut Akiko tadi rupanya mengambil keputusan cepat. Mobil berbadan bongsor itu berdecit-decit lewat di sampingnya lalu berputar di U-turn dan mengejar mobil Akiko. Berhasil. Mereka berhasil memancing para pemburu itu. Dia sama sekali tidak mengkhawatirkan mereka. Akiko sangat tangguh kalau hanya mengatasi para pemburu yang hanya satu mobil. Apalagi Lian Xi juga ada bersama mereka.
Andalas tersenyum. Tidak membayangkan betapa menyesalnya para pemburu itu saat mengetahui bahwa yang mereka buru adalah para singa betina. Andalas hanya penasaran siapa sesungguhnya orang-orang sial yang berada di station wagon Ford berwarna hitam itu.
Sekarang tinggal urusan Porsche Panamera. Andalas sudah bisa memindai dengan matanya. Sebuah siluet ada di belakang kemudi tertutup oleh silaunya matahari pegunungan Alpen. Tidak ada orang lain di mobil mewah itu sepertinya. Andalas sedikit heran. Tapi kemudian teringat bahwa para pembunuh bayaran biasanya lebih suka bekerja sendirian.
Atau kalaupun dia bekerjasama dalam satu kelompok karena target yang sulit atau berbahaya, biasanya mereka berpencar dan melakukan penyergapan.
Setelah menilai situasi dengan matang, Andalas menjejak gasnya dalam-dalam. Terowongan itu punya 2 jalur. Dia akan melihat apakah Porsche Panamera itu terpancing mengejarnya.
Andalas agak kecelik. Panamera itu sama sekali tidak berusaha mengejarnya. Mobil itu bahkan berjalan pelan di belakang sebuah truk kecil pengangkut makanan beku.
Sebuah pikiran terlintas di benak Andalas. Itu hanya berarti 1 hal. Teman-temannya mencegat di depan sana!
Tapi Andalas tidak bisa berbuat lain lagi. Dia sudah terlanjur berada di terowongan sepanjang lebih dari 17 km ini. Satu-satunya cara hanya menerobos. Dan menerobos artinya harus dengan kecepatan tinggi. Kali ini Andalas tidak tanggung-tanggung. Pedal gas dijejaknya hingga habis. Tidak peduli bahwa ada batas kecepatan kendaraan yang diwajibkan untuk dipatuhi oleh semua tanpa kecuali demi keselamatan bersama di terowongan ini.
Seperti sudah diduganya, Panamera itu sama sekali tidak mengejar. Andalas tidak mau ambil pusing lagi. Dia terus mengebut dengan kecepatan tinggi sampai akhirnya di kejauhan nampak samar-samar cahaya terang. Sebentar lagi dia keluar dari terowongan.
Andalas menekan remnya dalam-dalam. Suaranya berdecit-decit dan menggema di ujung terowongan. Pintu keluar itu telah dibarikade! Menggunakan beton-beton tebal pembatas jalan yang tidak mungkin bisa ditabraknya. Andalas berpikir keras. Dia terkepung! Dirabanya kantong jaket. Ah, dia lupa pistol satu-satunya telah diserahkannya kepada Lian Xi.
Tapi matanya yang awas melihat 1 celah sempit di pinggir jalan yang tidak dibarikade karena merupakan tebing yang agak miring meski tidak curam. Andalas menunggu kesempatan terbaik. Di belakang, dari kaca spion dilihatnya Panamera itu mendatangi dengan kecepatan tinggi. Rupanya Panamera itu sudah dikontak oleh teman-temannya yang memasang barikade bahwa buruan telah terperangkap.
Begitu Panamera itu berhenti secara tiba-tiba tidak jauh di belakangnya dan pengemudinya turun sambil mengacungkan AK 47, Andalas menekan pedal gas. Astaga! Itu Helda! Rupanya Pembunuh dari Baltik itu tidak menyerah juga memburunya. Atau tepatnya memburu Lian Xi?
Mini Cooper itu seolah terbang setelah seperti seekor laba-laba memanjat tebing miring itu dengan kecepatan tinggi lalu mendarat di jalan di depan para pembarikade. Mobil kecil itu melayang beberapa detik di udara sesudah menjejak tebing yang landai tersebut sebagai landasan.
Helda mendatangi komplotannya yang membarikade jalan dan berteriak-teriak agar segera membuka barikade sebelum Mini Cooper itu terlalu jauh.
Dan Mini Cooper itu sudah tidak terlihat lagi bayangannya ketika barikade itu telah disingkirkan. Di balik kemudi, kembali Helda menyumpah-nyumpah tidak karuan. Ini kegagalan kedua baginya untuk target yang sama. Sialan! Killer Hunter itu benar-benar luar biasa tangguh!
Bogor, 11 Mei 2020
*********
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H