Lyon, 45 45 36 N, 4 50 24 E
Markas Besar Interpol
"Pesan apa yang ingin kau sampaikan ke Cecilia dan Akiko? Lalu di mana Profesor Lian Yang saat ini?" Andalas bertanya. Kembali seolah sambil lalu.
Lian Xi memandang curiga.
"Kenapa aku harus memberitahumu? Mungkin saja kamu juga sama dengan mereka bukan? Mengorek informasi kemudian membunuhku dan membuang mayatku di Sungai Seine."
Andalas memutar bola matanya.
"Kalau aku mau membunuhmu untuk apa repot-repot menyelamatkanmu? Kau tahu, mereka yang sedang memburumu adalah jajaran pembunuh bayaran terbaik di dunia."
Lian Xi termenung sejenak. Benar juga.
"Kakakku mengirim pesan dari Cathy bahwa jangan khawatirkan MS-BA-30. Kami berada di tempat aman dan tepat serta masih terus berusaha. Itu saja pesannya."
Andalas mengangguk percaya. Cecilia dan Akiko pasti kehilangan jejak mereka semua. Di dalam tahanan mereka tidak punya akses komunikasi. X-One pasti juga sudah disita.
"Kalau begitu kau kembalilah ke Moscow. Aku akan mengantarkanmu ke bandara. Di sini sangat berbahaya." Andalas menukas cepat. Kasihan kalau sampai wanita ini jadi korban sampingan.
Lian Xi hendak membantah. Namun Andalas menegaskan sebuah alasan yang masuk akal.
"Mereka mengincarmu karena sudah menduga kau membawa kabar penting untuk Cecilia dan Akiko. Mereka sedang memastikan pesan itu TIDAK SAMPAI. Tapi sekarang mereka akan beralih kepadaku. Kau pasti sudah memberitahuku tentang pesan itu. Mengerti?"
Lian Xi menjawab ringan.
"Apakah kau melupakan bahwa aku adik dari Profesor Lian Yang? Mungkin saja mereka tetap memburuku untuk mencari keterangan di mana kakakku sekarang berada bukan?"
Kali ini Andalas tercenung. Wanita ini benar. Informasi keberadaan Profesor Lian Yang dan timnya tentu sangat penting juga bagi Organisasi. Andalas sekarang yakin sepenuhnya mereka sama-sama orang suruhan Organisasi.
Organisasi tentu menginginkan semua ganjalan dan potensi hambatan dilenyapkan hingga ke akar-akarnya. Dan keberadaan tim MS-BA-30 di mana Profesor Lian Yang ada di dalamnya perlu segera diketahui agar bisa diambil tindakan pembersihan.
Organisasi telah mengambil alih semua aset penting Pandora. Termasuk Object X dan bayi Leopard. Mereka memindahkannya ke sebuah tempat yang sangat rahasia. Sang Chairman tidak mau memusnahkan keduanya karena merasa bahwa kedua obyek tersebut bisa menjadi aset yang sangat penting dalam menciptakan senjata biologis jika rencana pandemi ini gagal.
"Kau benar Lian Xi. Kembali ke Moscow adalah langkah bunuh diri bagimu. Dan kau tidak mungkin kembali ke sana dalam waktu dekat ini. Ikutlah denganku sementara. Eh, tapi ngomong-ngomong kau ini dosen jurusan apa?"
"Biologi Molekuler." Lian Xi menjawab sambil lalu. Pikirannya melayang pada pekerjaannya di universitas. Tiba-tiba saja dia terjebak dalam situasi mengerikan ini.
"Ah, aku tahu tempat yang tepat bagimu! Tapi aku harus menyelesaikan tugas pertamaku dahulu. Barulah nanti kau akan aku pertemukan dengan Dokter Cecilia dan Dokter Akiko untuk bicara."
Andalas meminta taksi itu berhenti di pusat pertokoan sibuk Kota Paris. Kota ini juga terlihat bersiaga terhadap pandemi yang sedang terjadi. Di mana-mana orang mengenakan masker dan sarung tangan. Dan rata-rata orang memakai baju lengan panjang serta syal melilit leher. Andalas paham. Itu adalah cara paling sederhana untuk menghindarkan luka. MB menular melalui jaringan tubuh yang berdarah dan terbuka.
Kedua orang itu buru-buru turun dari taksi dan menyelinap masuk ke sebuah toko pakaian. Andalas meminta Lian Xi berlagak seolah-olah sedang mencari pakaian. Dia sendiri menyembunyikan diri di balik manekin yang dipajang di kaca depan toko dan memperhatikan.
Sebuah taksi berdecit-decit mengejar taksi yang mereka tumpangi tadi. Andalas sudah berpesan agar sopir taksi langsung pergi ke kantor polisi dan menceritakan semua yang terjadi. Kecuali tentang mereka tentu saja. Pilot itu mengangguk mengerti sambil melirik lagi tambahan tumpukan Euro di jok mobil sebelah kiri.
Andalas hendak berpaling saat dilihatnya tidak jauh di belakang taksi yang ditumpangi Isamu dan kawan-kawannya, sebuah sepeda motor berzig zag menguntit. Hmm, Pembunuh dari Baltik ternyata juga tidak menyerah mengejar mereka.
Andalas memberi isyarat kepada Lian Xi untuk mengikutinya. Dia menyelipkan beberapa puluh Euro kepada pelayan toko agar menunjukkan pintu samping keluar toko. Mereka keluar di sebuah gang yang cukup besar namun sepi. Andalas mengutak-atik sebuah sedan Renault yang terparkir di sana. Tak seberapa lama kemudian mereka berdua telah meluncur ke arah berlawanan dari Isamu dan Helda.
Jarak tempuh Paris-Lyon sekitar 4 jam mengendarai mobil. Andalas berganti 1 mobil lagi di basement pusat pertokoan lalu meluncur ke Lyon melalui highway A6.
Lian Xi hanya berdiam saja dan mengikuti apa yang diisyaratkan Andalas kepadanya. Saat Andalas mencuri mobil yang akhirnya membawa mereka ke Lyon, barulah Lian Xi tidak tahan untuk tidak bertanya.
"Apakah kau selalu mencuri mobil orang untuk bepergian kemana-mana? Aku lihat kau punya cukup uang untuk rental mobil."
Andalas mengangkat bahu.
"Dan memudahkan polisi mengendus jejak kita? no way!"
Lian Xi mencibirkan bibirnya. Mengangkat bahunya juga dan selanjutnya tak mau berkata apa-apa lagi.
Sepanjang perjalanan menuju Lyon kedua orang itu lebih banyak saling berdiam. Lian Xi sama sekali tidak berani membayangkan apa yang sedang dan akan terjadi. Dia sedang bersama seorang penjahat kelas berat.
Sementara Andalas terus memikirkan rencana pembebasan nanti. Berharap dengan sangat Brando dan Marcos tidak mengacaukan rencananya dengan bertindak berlebihan. Terkadang pembunuh bayaran juga ingin jejaknya kelihatan dengan berbuat sedikit berlebihan.
Mobil memasuki kota Lyon yang padat dengan tenang. Andalas sengaja berjalan pelan karena berdasarkan peta, markas besar Interpol tidak jauh lagi di depan sana. Sekarang pukul 3 sore. Si Konsultan memberitahunya bahwa Brando dan Marcos akan memulai aksinya pukul 4 sore. 1 jam lagi. Andalas bersiap-siap setelah memarkir mobilnya tidak jauh di luar markas besar Interpol yang terlihat tenteram itu.
Andalas berpesan kepada Lian Xi agar membiarkan mesin mobil hidup dan bersiap di belakang kemudi. Dia telah bercerita cukup panjang lebar tentang Cecilia dan Akiko serta apa sesungguhnya yang sedang mereka kerjakan sekarang. Lian Xi sudah mendapatkan sebagian cerita dari Profesor Lian Yang sehingga tidak banyak meluncurkan pertanyaan. Meski hatinya berdebar-debar tidak karuan. Dia sedang terlibat dalam sebuah rangkaian peristiwa hebat. Tiba-tiba saja Lian Xi merasa sangat bersemangat.
Sebuah ledakan yang ditunggu akhirnya tiba. Diikuti beberapa ledakan setelahnya. Andalas turun dari mobil dan mengendap-endap memasuki gerbang yang berkabut tebal dengan hiruk-pikuk para petugas yang berlarian siaga. Di perjalanan sebelum memasuki kota Lyon tadi Andalas sempat melumpuhkan seorang security di rest area dan mengambil baju serta mengenakannya.
Kabut dan asap tebal menyamarkan Andalas dan memudahkannya memasuki pintu markas Interpol. Apalagi ledakan berikutnya berturut-turut terjadi di samping kanan dan kiri gedung Interpol. Para petugas berlarian keluar dengan senjata terkokang. Andalas menunjuk-nunjuk dan berteriak-teriak ke arah luar tentang serangan teroris.
Andalas seolah ketakutan dan merunduk bersembunyi di meja resepsionis. Seorang polisi muda menggenggam barettanya sambil ikut menunduk. Ledakan terdengar berturut-turut di beberapa tempat. Tidak hanya di markas ini tapi juga di beberapa tempat lain. Shit! Mereka mulai berlebihan!
Andalas bertindak cepat. Dia berbicara dalam bahasa Perancis kepada si polisi muda bahwa di luar sedang butuh banyak bantuan. Polisi muda itu mengangguk dan berlari keluar. Andalas menekan keyboard komputer. Mencari.
Sel 48 dan 50. Cecilia dan Akiko. England dan Japan. Tahanan pengadilan Den Haag. Ketemu! Tapi di mana letak sel-sel tahanan?
Bogor, 10 Mei 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H