Cecilia menatap Andalas. Dari tatapannya terlihat tanda tanya. Siapa lagi? Andalas memberi isyarat pendek. Aku masih menyelidikinya.
”Kenapa kau ada di sini? Bukankah seharusnya kau sedang berada di Grozny.”Akiko bertanya menyelidik sambil menatap tajam mata Andalas. Yang ditanya tetap berwajah dingin namun tersenyum. Samar.
”Tentulah dia mencemaskan keadaanmu Akiko. Begitu mendengar kabar dariku, Andalas langsung terbang ke sini.”
Akiko tersipu. Cecilia melongo. Bisa juga seorang perempuan Yakuza malu-malu.
”Aku sudah mulai menemukan jejak Sang Eksekutor di Grozny. Aku mengintainya selama beberapa hari. Tapi aku tidak bisa mendekatinya. Dia dikelilingi oleh puluhan orang pasukan. Aku berhasil menangkap salah seorang dari mereka dan mengorek keterangan. Hari ini Sang Eksekutor sudah berpindah tempat ke Mogadishu.”
Andalas berhenti sejenak. Mengambilkan gelas air minum untuk Akiko yang terbatuk-batuk. Meminumkannya sambil menyangga punggungnya agar tak tersedak. Cecilia menyaksikan momen romantis itu dan berdehem keras. Akiko kembali tersipu. Andalas tetap sedingin kulkas.
”Jadi kapan kau akan pergi ke Mogadishu?”Akiko bertanya seolah sambil lalu.
”Sampai kau mulai pulih dan bisa menjaga diri sendiri serta Cecilia.”
Cecilia menukas dengan cepat,”apa tidak sebaiknya kau menunggu Akiko benar-benar sembuh lalu kita bertiga menyelidiki Organisasi?”
Andalas menggeleng pelan,”Tidak. Lebih aman bagi kalian jika urusan ini aku tangani sendiri.”
Akiko melengos. Andalas benar. Dengan kondisinya saat ini memang lebih baik Andalas bekerja sendiri. Tapi dia lebih suka jika bisa menemaninya menyelidiki Organisasi.