Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Serum-Bab 34

5 Mei 2020   10:07 Diperbarui: 5 Mei 2020   10:21 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sontak Andalas dan Akiko sama-sama berlari cepat. Suara itu berasal dari mobil mereka! Cecilia!

Setibanya di mobil mereka melihat Cecilia berdiri lemas dan bersandar pada pintu mobil yang terbuka. Sesosok tubuh terlihat rebah di bawah kakinya. Thank God!

Akiko memeluk Cecilia yang gemetaran dan menanyakan apakah dia baik-baik saja. Cecilia mengangguk. Tubuhnya bisa saja terguling pingsan jika saja Akiko tidak dengan sigap merengkuh lalu membimbingnya duduk di dalam mobil.

Cecilia masih megap-megap sambil memegang dadanya. Airmatanya mengalir deras di pipinya. Tanpa suara.

"Di..dia masih begitu muda...Ahhh!" kali ini Cecilia benar-benar pingsan.

Andalas membalik mayat penyerang itu. Cecilia benar. Penyerang itu masih anak-anak. Mungkin belasan tahun. Andalas mengrenyitkan keningnya. Ini bukan gaya Sang Eksekutor. Sekali lagi Andalas memperhatikan wajah yang masih polos itu. Hmm, etnis Asia Tengah! Andalas mengerti sekarang. Pantas saja mereka nampak tidak terlalu terlatih.

Mereka dari pihak yang berbeda lagi! Andalas mengambil foto remaja ini. Setelah itu masuk ke mobil dan memberi tanda Akiko bahwa mereka harus lanjut. Mobil Ford Station Wagon itu melesat pergi. Sambil mengemudi Andalas terus berkutat dengan perkiraannya.

Belum jauh meninggalkan rest area, Andalas meminggirkan mobilnya dan meminta Akiko menggantikannya. Cecilia masih pingsan. Mereka sengaja membiarkan agar shocknya menghilang.

Akiko langsung tancap gas. Sementara Andalas membuka gawai dan tabletnya. Keheningan melingkupi mobil yang sedang melaju kencang itu. Akiko sibuk memperhatikan jalan dan juga mewaspadai penguntit jika masih ada. Cecilia sudah siuman namun terlihat sekali dari raut mukanya kalau dokter itu masih shock. Akiko dan Andalas memakluminya. Cecilia tidak pernah menembak mati orang. Sekali menarik pelatuk, seorang remaja tewas di tangannya.

"Mereka bukan suruhan Sang Eksekutor. Aku tadi sudah menduga. Mereka terlalu amatir. Aku sudah mendapatkan informasi dari jaringan The Consultant. Para penyerang kita tadi sekumpulan teroris dari Asia Tengah."

Cecilia tersentak. What!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun