Amerika Serikat
Washington DC-Boston
Andalas sengaja memarkir mobil di tempat yang paling sepi dari kendaraan. Rest area ini sangat luas dengan lahan parkir yang bisa menampung ratusan kendaraan sekaligus.
Dari kaca spion saat berbelok tadi, Andalas memperhatikan 2 wagon itu juga ikut masuk. Andalas memberi tanda kepada Akiko. Keduanya keluar dari mobil dengan mengenakan mantel lebar. MP5 ada dalam genggaman masing-masing. Sementara Cecilia tetap di dalam mobil. Sebelum pergi, Akiko menggenggamkan sepucuk Glock ke tangan Cecilia.
Andalas dan Akiko mengendap-endap di antara truk-truk besar pengangkut barang antar kota. Mengintai 2 wagon hitam yang diparkir mengarah pintu keluar rest area tersebut. Tidak terlihat ada pergerakan dari orang-orang di dalam mobil. Andalas menggamit lengan Akiko. Memberi isyarat dengan ujung matanya untuk berpencar. Akiko mengangguk.
Keduanya semakin dekat dengan kedua mobil yang mesinnya ternyata masih menyala itu. Andalas bersiaga. Pintu mobil terbuka. Seorang wanita turun lalu diikuti oleh anak-anaknya. Berturut-turut kemudian dari 2 mobil turun beberapa orang yang sepertinya 1 keluarga besar. Andalas terperanjat. Apakah dia salah mobil? Atau kecurigaannya ternyata berlebihan?
Dari tempat persembunyiannya Andalas menunggu sejenak. Firasatnya mengatakan ada yang tidak beres. Dari mobil pertama tadi turun seorang ibu dan 2 anak gadisnya yang masih kecil. Sedangkan dari mobil kedua turun seorang pria paruh baya, seorang nenek, dan 1 lelaki remaja. Mereka semua nampak ragu-ragu saat hendak menyeberangi area parkir untuk menuju restoran cepat saji yang terletak tidak jauh dari situ.
Firasat Andalas benar. Mendadak saja desingan peluru menghantam dinding truk kontainer tempatnya mengintai. Nyaris sekali mengenai kepalanya. Dari mobil pertama berlompatan 4 orang berpakaian serba hitam dengan muka mengenakan topeng menembak ke arahnya dengan gencar. Dari mobil kedua turun 3 orang berpakaian sama mengarahkan tembakan membabi buta ke arah sebuah truk trailer bermuatan gandum. Mungkin Akiko bersembunyi di sana.
Andalas masih sempat memperhatikan orang-orang yang pertama turun dari mobil berlarian mencari tepat perlindungan. Hmm pengecut! Mereka ternyata menyandera mobil orang-orang sipil.
Sejenak rentetan tembakan berhenti. Mungkin pasukan itu sedang mengganti magazin peluru. Andalas mengarahkan MP5. Menembak jatuh 1 orang dan melukai 1 orang lainnya karena terdengar suara 2 orang mengaduh namun terlihat 1 orang berdiri kembali. Dari sisi lain juga terdengar tembakan beruntun ciri khas MP5. Akiko berhasil menembak 2 orang sekaligus. Keduanya terkapar di sisi mobil. Entah tewas atau hanya terluka. 4 lagi!
Tembakan gencar senapan M-16 kembali terdengar dari arah mobil-mobil hitam itu. Andalas menggulingkan tubuhnya ke kolong truk kontainer. Dilihatnya 2 pasang kaki berlari ke arahnya. Andalas mengambil pistol dari pinggangnya. 4 kali letusan pistol Andalas menjatuhkan 2 orang itu sekaligus. 4 kaki tertembus peluru. 2 lagi!
Rupanya Akiko juga melakukan hal serupa. Andalas melihat dokter tangguh dari Jepang itu tiarap di kolong truk gandum dan beberapa kali menembakkan pistolnya. Terdengar jerit nyaring kesakitan disusul teriakan Akiko. Habis! Andalas dan Akiko hendak berlari ke arah penyerang mereka yang semuanya terkapar di lantai beton. Tapi gerakan berhenti terhenti saat terdengar sebuah letusan tunggal di kejauhan. Bang!
Sontak Andalas dan Akiko sama-sama berlari cepat. Suara itu berasal dari mobil mereka! Cecilia!
Setibanya di mobil mereka melihat Cecilia berdiri lemas dan bersandar pada pintu mobil yang terbuka. Sesosok tubuh terlihat rebah di bawah kakinya. Thank God!
Akiko memeluk Cecilia yang gemetaran dan menanyakan apakah dia baik-baik saja. Cecilia mengangguk. Tubuhnya bisa saja terguling pingsan jika saja Akiko tidak dengan sigap merengkuh lalu membimbingnya duduk di dalam mobil.
Cecilia masih megap-megap sambil memegang dadanya. Airmatanya mengalir deras di pipinya. Tanpa suara.
"Di..dia masih begitu muda...Ahhh!" kali ini Cecilia benar-benar pingsan.
Andalas membalik mayat penyerang itu. Cecilia benar. Penyerang itu masih anak-anak. Mungkin belasan tahun. Andalas mengrenyitkan keningnya. Ini bukan gaya Sang Eksekutor. Sekali lagi Andalas memperhatikan wajah yang masih polos itu. Hmm, etnis Asia Tengah! Andalas mengerti sekarang. Pantas saja mereka nampak tidak terlalu terlatih.
Mereka dari pihak yang berbeda lagi! Andalas mengambil foto remaja ini. Setelah itu masuk ke mobil dan memberi tanda Akiko bahwa mereka harus lanjut. Mobil Ford Station Wagon itu melesat pergi. Sambil mengemudi Andalas terus berkutat dengan perkiraannya.
Belum jauh meninggalkan rest area, Andalas meminggirkan mobilnya dan meminta Akiko menggantikannya. Cecilia masih pingsan. Mereka sengaja membiarkan agar shocknya menghilang.
Akiko langsung tancap gas. Sementara Andalas membuka gawai dan tabletnya. Keheningan melingkupi mobil yang sedang melaju kencang itu. Akiko sibuk memperhatikan jalan dan juga mewaspadai penguntit jika masih ada. Cecilia sudah siuman namun terlihat sekali dari raut mukanya kalau dokter itu masih shock. Akiko dan Andalas memakluminya. Cecilia tidak pernah menembak mati orang. Sekali menarik pelatuk, seorang remaja tewas di tangannya.
"Mereka bukan suruhan Sang Eksekutor. Aku tadi sudah menduga. Mereka terlalu amatir. Aku sudah mendapatkan informasi dari jaringan The Consultant. Para penyerang kita tadi sekumpulan teroris dari Asia Tengah."
Cecilia tersentak. What!
Jadi tambah lagi populasi orang yang menginginkan mereka mati.
Bogor, 18 April 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H