London, 51 30 26 N, 0 7 39 W
Bandara Gatwick
Di taksi, Cecilia meminta bantuan Dokter Adli Aslan untuk memesankan tiket penerbangan ke Washington DC dari Bandara Gatwick sambil menceritakan kekacauan yang terjadi di Bandara Heathrow. Andalas dan Akiko sama-sama terluka tapi masih sanggup untuk melanjutkan misi pergi ke Amerika. Cecilia juga meminta dengan sangat agar Dokter Adli Aslan memanfaatkan jaringannya untuk mencari tahu lebih banyak mengenai Organisasi.
Menurut Cecilia pihak yang paling berbahaya saat ini adalah Organisasi. Beberapa kali mereka telah melakukan percobaan pembunuhan. Jika tidak segera diantisipasi, maka kemungkinan berhasil mereka akan semakin tinggi. Organisasi sepertinya punya jaringan yang sangat luas dan sumberdaya tak terbatas. Mereka akan mencoba terus. Dengan segala cara.
Cecilia punya ide. Tim ini harus dipisah setelah dari Washington. Andalas harus menyelidiki dan menangani Organisasi. Dia dan Akiko akan melanjutkan rencana semula. Akiko lebih dari cukup untuk melindunginya dari bahaya. Dokter muda itu sangat tangguh dan cerdik. Dia punya kemampuan medis dan taktis sekaligus.
Dokter Adli menyanggupi semua permintaan Cecilia sambil berpesan agar semakin berhati-hati. Para pembunuh bayaran, agen rahasia, dan orang-orang berniat jahat semakin brutal dan terang-terangan.
Satu hal yang membuat Cecilia senang adalah berita tentang bayi Leopard yang sudah sampai di Pandora. Dokter Adli Aslan melakukan treatment khusus pengiriman mengingat betapa pentingnya Leopard itu. Jika sampai dibajak oleh pihak lain, maka kemungkinan untuk menangkal bakteri purba dari hutan Afrika akan semakin tipis.
Profesor Sato sudah menanganinya. Bayi Leopard itu baik-baik saja. Dokter Adli Aslan meminta tambahan tenaga keamanan dari CIA dan MI6. Ada peluang yang sangat besar bahwa Organisasi sudah mengetahui mengenai Pandora sebagai basis data utama dan Dokter Adli Aslan khawatir laboratorium terpencil itu akan diserang habis-habisan.
Perimeter Pandora diperluas. Dalam radius lingkar 5 km telah diinstal protokol keamanan. Peralatan maupun orang. Permintaan tenaga pengaman dari CIA dan MI6 sangat beralasan. Masing-masing direktur kedua dinas rahasia itu adalah kawan Dokter Adli Aslan dan mereka tahu Pandora adalah obyek vital yang harus dilindungi. Meskipun tentu keberadaan Object XÂ masih dirahasiakan oleh Dokter Adli.
Di akhir komunikasi mereka, Cecilia meminta perlengkapan yang sama dikirimkan ke alamat hotel di Washington. Tas dan barang bawaan semuanya tertinggal di Bandara Heathrow. Dokter Adli mengatakan WHO akan mengurus barang yang tertinggal itu. Tidak boleh ada jejak satupun yang bisa dijadikan petunjuk bagi pihak-pihak yang sedang memburu mereka.
Taksi itu berhenti dan menurunkan ketiga penumpang yang kondisinya kacau balau di Bandara Gatwick. Cecilia dan kedua rekannya bergegas masuk dan mendapati pesawat yang mereka tumpangi sudah proses boarding. Kali ini Dokter Adli Aslan tidak main-main. Seluruh kelas utama diblok untuk mereka bertiga dan 5 orang penumpang tambahan yang semuanya agen-agen MI6. Dokter Adli tak mau kecolongan lagi.
Perjalanan London-Washington DC benar-benar dimanfaatkan oleh Cecilia dan Akiko untuk beristirahat penuh. Agen-agen MI6 itu membuat mereka sedikit tenang. Hanya Andalas yang tidak. Lelaki itu tetap menjalankan tugasnya dengan waspada. Andalas hanya tidur ketika dilihatnya Akiko terbangun. Saat Akiko memejamkan mata lagi, Andalas akan terjaga sepenuhnya.
Begitu mendarat di Bandara Dulles, Cecilia dan kedua rekannya naik taksi menuju hotel. Agen-agen MI6 sudah menghilang entah kemana. Mereka hanya diperintahkan untuk menjamin keamanan 3 orang dokter WHO sampai tiba di Washington DC.
Pertemuan antara Cecilia dan Will direncanakan sore nanti. Misi ini luar biasa penting. Cecilia tidak boleh gagal membujuk Will. Mereka tidak punya pintu masuk lain ke NASA selain Will. Untuk saat ini.
Sore ini cuaca Washington cukup ramah. Musim semi sudah tiba. Suhu dingin sudah sudah mulai menghangat. Banyak orang berjalan-jalan keluar. Trotoar di mana-mana penuh dengan orang berjalan. Cafe yang dipilih sebagai tempat pertemuan oleh Will sangat ramai oleh tamu. Akiko dan Andalas sengaja tidak dikutsertakan bertemu Will. Lelaki kutu buku itu lumayan paranoid dan sering bersikap kikuk jika bertemu dengan orang yang baru dikenalnya.
Akiko dan Andalas meminum kopi mereka yang kedua di meja persis sebelah Cecilia.
Seorang lelaki masuk dengan sikap gugup ke dalam cafe. Ah, Will masih saja seperti dulu. Kikuk, gugup, dan tidak percaya diri. Padahal dia sangat cerdas dan nyaris tahu semua hal yang ada di dunia. Entah sudah berapa ribu eksemplar buku yang telah masuk kepalanya yang kecil itu. Cecilia berdiri dan tersenyum menyambut Will.
Will menatap teman sekampusnya walau tidak satu fakultas itu dengan pandangan tak berkedip. Tetap cantik! Kulitnya tidak lagi pucat, dan tidak gendut! Will balik tersenyum.
Setelah memesan 2 gelas kopi dan sepotong pai, Will selalu menyukai pai, perbincangan ringan disertai tawa terkikik dari Cecilia terjadi. Will banyak mendengarkan karena memang lelaki ini sejak dulu agak sulit bercanda. Segala sesuatu di dunia baginya adalah sebuah keseriusan yang harus dihadapi dengan serius.
"Jadi kau sekarang bekerja sebagai apa di NASA Will?"Cecilia menggeser kursinya. Tidak lagi berhadapan namun berdampingan.
Will menghirup aroma mawar itu dengan sigap. Aroma tubuh Cecilia tidak berubah.
"Aku adalah kepala peneliti Universal Linguistik Cecil. Aku membuat beberapa program yang memungkinkan kita bisa menerjemahkan bahasa asing yang bukan berasal dari bumi."Cecilia memasang muka takjub. Matanya yang biru memandang Will dengan kagum. Setengahnya sungguh-sungguh, sisanya acting.
Hidung Will sedikit mekar ditatap seperti itu oleh Cecilia. Dihirupnya kopi sebelum melanjutkan cerita. Dia sangat gugup.
"Aku berhasil menerjemahkan tulisan-tulisan yang ada di dinding pesawat UFO di Area 51 you know. Salah satunya sangat menakjubkan karena sebenarnya semacam semboyan. Semesta adalah halaman yang sempit. Misi kita adalah mengetahui dari sudut ke sudutnya secara detail."Kali ini tatapan takjub Cecilia 100% sungguh-sungguh. Will sedikit tersipu.
"Jadi Area 51 itu bukan isapan jempol belaka ya Will?"Cecilia bertanya ingin tahu. Will mengangguk tegas.
"Oh ya Cecil, kau bilang perlu bantuan membaca sesuatu yang bukan benda dari bumi? Benarkah? Kau tahu, aku sangat excited mendengar informasimu itu. Aku akan coba membacakannya untukmu melalui programku."
Cecil mendorong koran di meja ke arah Will. Memberi isyarat Will agar membukanya dengan cara tidak mencolok. Ini super rahasia. Cecilia berbisik di telinga Will lalu beranjak menuju ke toilet. Will yang penasaran membuka koran dengan sangat hati-hati. Seolah koran itu bisa meledak dan menghancurkan mukanya. Akiko nyaris tertawa tergelak-gelak melihat dari sudut matanya semua tingkah orang yang pernah naksir berat terhadap Cecilia itu. Andalas berdehem lirih mengingatkan. Akiko kembali pura-pura sibuk dengan gawainya.
Will menatap benda kecil di depannya itu dengan wajah kaku. Ini tak bisa dipercaya! Jangan-jangan Cecilia sedang mengerjainya!
Dengan tangan gemetar Will menyentuh chip itu. Ah seandainya aku bisa terbang dan berada di Area 51 saat ini juga!
Cecilia sengaja berlama-lama di toilet. Agar Akiko dan Andalas bisa leluasa mengamati ekspresi dan gestur Will saat melihat benda itu. Setelah dirasa cukup, Cecilia keluar dan kembali menemui Will.
"Jadi?"Cecilia memiringkan kepalanya saat bertanya kepada Will.
"Ini...ini luar biasa Cecil!"Cecilia meletakkan telunjuk di mulut saat Will merespon dengan sangat antusias dan bersuara sedikit keras.
Will mengangguk paham. Chip ini adalah harta karun bagi ilmu pengetahuan. Sebuah pintu masuk lain untuk mengenal dunia selain bumi. Will sangat yakin benda ini bukan ciptaan manusia bumi. Dia pernah melihat benda yang serupa meskipun dalam wujud yang lebih besar di Area 51. Dan dialah yang menerjemahkan isinya.
Bogor, 18 April 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H