Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Serum-Bab 23

27 April 2020   17:15 Diperbarui: 27 April 2020   17:12 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

”Semua sudah habis kami bakar. Termasuk mayat-mayat yang bertumpuk di sana. Jika tidak dibakar bisa menimbulkan penyakit berbahaya karena mayat-mayat itu mati secara berbahaya. Kami sebenarnya sudah memperingatkan mereka.”Kembali tetua itu menggeleng-gelengkan kepala. Kali ini dengan sedih.

Cecilia terus berbincang untuk memastikan tidak ada lagi orang yang tersisa di cap tersebut. Sang Tetua berani menjamin tidak ada seorangpun yang masih hidup ada di sana. Camp itu sudah rata dengan tanah. Termasuk alat berat pun sudah dibakar semua. Untuk menghindari penyakit bagi suku Pygmi. Begitu penjelasa lebih lanjut Sang Tetua.

Di akhir perbincangan, Tetua Pygmi minta supaya mereka kembali ke kota dan melupakan hutan ini.

”Bahkan binatang seperkasa Leopard pun juga bisa dijangkiti rahasia hutan yang berbahaya.”Begitu Tetua Pygmi mengakhiri percakapan dan mengajak semua rombongannya pergi.

Cecilia termenung sejenak mendengar perkataan terakhir Tetua Pygmi. Sebuah pikiran horror lantas membuatnya tersadar. Dia lalu melambai ke arah Akiko agar mendatanginya sambil membawa patogen detector.

2 orang dokter itu mengelilingi mayat Leopard untuk melakukan scanning. Terdengar bunyi alarm beberapa kali. Layar monitor detektor seketika menunjukkan titik berwarna merah. Pada bagian bawah detektor tertulis; Basillus antracis.

Ya Tuhan! Ternyata bakteri menular yang membuat orang-orang kesetanan di camp adalah bakteri antrax yang mengerikan itu. Apalagi ini adalah bakteri yang masih berada dalam genom aslinya. Wajah kedua dokter wanita itu memucat dengan sendirinya. Titik nol Afrika ini tidak kalah berbahaya dengan titik nol Arctic! Dan sebuah bukti langsung tersaji di hadapan mereka bahwa binatang juga bisa dijangkiti oleh bakteri mematikan tersebut.

Cecilia dan Akiko menuang gasolin ke sekujur tubuh leopard lalu membakarnya. Ini cara paling aman agar mayat Leopard itu tidak menjangkiti binatang lainnya di hutan ini.

Kedua orang dokter itu memandang sedih saat api melahap habis tubuh Leopard. Bagaimanapun binatang buas hanya membunuh karena kebutuhan akan rasa lapar. Bukan membunuh atas nama ketamakan seperti manusia. Kasihan. Leopard ini juga baru saja kehilangan anaknya.

Anak Leopard! Wajah Cecilia yang sangat pucat membuat Akiko menghampiri dan bertanya ada apa. Barulah Cecilia bercerita apa yang telah diperbincangkan olehnya dengan Tetua suku Pygmi tadi. Termasuk bahwa anak Leopard yang terjangkiti bakteri Antrax ini dibawa pemburu ke kota untuk diperjual belikan di pasar gelap sebagai binatang peliharaan.

Sekarang wajah Akiko yang memucat. Besar kemungkinan bayi Leopard itu juga terjangkiti sejak masih dalam kandungan ibunya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun