Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Serum-Bab 13

19 April 2020   06:57 Diperbarui: 19 April 2020   07:00 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bab 12

Pointe Noire, 4 46 43 S, 11 51 49 E
Pelabuhan

Dokter Cecilia merapatkan tubuhnya ke dinding agar tidak terlihat dari luar. Mister Bob dan Adisa terlihat celingak celinguk di seberang jalan seperti menyelidiki sesuatu. Apa yang mereka cari?

Jawabannya saat itu juga. Setengah berlari Mister Bob dan Adisa menyeberangi jalanan yang ramai. Disusul kemudian sesosok bayangan melintas cepat di depan cafe. Fabumi!

Mister Bob dan Adisa mengejar Fabumi! Dokter Cecilia melihat dengan jelas dari balik jendela. Tapi hatinya sedikit tenang setelah dengan ringannya Fabumi sudah hampir sampai di ujung jalan untuk berbelok sedangkan Mister Bob dan Adisa nampak tersengal-sengal jauh di belakang tidak mampu mengikuti ritme lari Fabumi yang sangat cepat.

Dokter Cecilia nyaris tersenyum geli kalau saja tidak tiba-tiba saja dilihatnya Fabumi dihadang dan diringkus oleh 4 orang tepat di ujung jalan. Cecilia melihat Fabumi meronta dan berusaha melawan. Tapi apa dayanya menghadapi 4 orang kekar sekaligus. Cecilia menutup mulutnya agar tidak berteriak. Dia hanya sempat memotret menggunakan gawainya saat Fabumi diseret masuk sebuah van yang berdecit-decit berhenti di samping mereka.

Keributan itu menarik perhatian seisi cafe. Cecilia melihat satu kesempatan. Setelah meletakkan selembar uang di meja, sembari meminta maaf beberapa kali dalam hati, Cecilia keluar cafe sambil menyambar handphone di meja salah seorang pengunjung yang asik menonton kejadian itu di jendela.

Cecilia melangkah tergesa-gesa memasuki sebuah gang kecil. Sungguh kejadian memalukan jika dia sampai tertangkap mencuri handphone orang. Cepat-cepat dipencetnya beberapa angka di gawai curian itu.

"Hi Ivan. Ini Cecil. Stop! Jangan banyak tanya dulu. Dengarkan saja..."

Dokter Cecilia menarik nafas lega. Diletakkannya gawai curian itu di atas tempat sampah dan berlalu cepat-cepat menuju sebuah bank. Ivan Chenkhov mengiriminya uang. Cecilia akan pergi menemuinya di Moskow.

Hari ini juga dia akan pergi. Untunglah kemana-mana dia selalu membawa paspornya. Setiap pagi selalu diselipkannya di kantung dalam baju. Dia hidup di hutan yang perlu rencana survival tinggi. Dia menyukainya tapi dia selalu waspada.

Besok pagi ada pesawat terbang ke Moskow dari Johannesburg. Jika malam ini dia bisa terbang dari Brazzaville, maka dia akan bisa menemui Ivan lusa siang. Cecilia sudah bertekad untuk mengungkap ini semua. Termasuk rencana konspirasi Marc di WHO entah dengan siapa.

Tadi dia sempat mengirimkan hasil fotonya ke Ivan secara untung-untungan. Siapa tahu Ivan punya teman yang bisa membantu mengidentifikasi. Dan Cecilia menerima jawaban mengejutkan dari Ivan baru saja.

2 orang di antara penyergap Fabumi berhasil diidentifikasi sebagai agen lapangan Dinas Rahasia Perancis, DGSE. Gila! Dinas Rahasia sudah mulai terlibat di sini!

Cecilia sengaja tidak mau menginformasikan catatannya tentang kejadian di camp Congo Basin kepada Ivan. Di zaman sekarang bisa saja informasinya disadap lewat satu dan lain cara. Kejadian dengan Marc membuat Cecilia lebih berhati-hati. Tim penyergap Marc bisa tahu di mana lokasinya karena dia dengan gampang menshare lokasinya di mana.

Malam itu Cecilia berhasil mendarat Brazzaville dan menaiki penerbangan lanjutan menuju Johannesburg. Dia sudah memegang tiket Aeroflot ke Moskow dan akan transit di London. Mungkin dia bisa say hi kepada ibunya yang tinggal di London barang sebentar.

Perjalananannya berjalan dengan lancar. Termasuk tidak kesulitan untuk boarding ke pesawat yang akan menuju Moscow keesokan paginya. Hanya satu hal yang mengganggu pikiran Cecilia. Ivan mengiriminya pesan agar tidak mampir kemana-mana saat transit di London.

Fabumi merasakan sedikit sesak nafas karena sepanjang jalan kepalanya ditutup. Setelah melakukan perjalanan darat selama mungkin 5 jam akhirnya mereka memasuki gerbang sebuah rumah besar di pinggiran kota. Mereka hanya berhenti sebentar untuk mengisi BBM dan membeli makanan. Hanya ketika makanlah tudung kepala Fabumi dicopot dan para penculiknya berbalik menggunakannya.

Fabumi bukan orang bodoh. Dia bisa menduga kenapa diculik. Ini pasti ada hubungannya dengan pernyataan Dokter Cecilia yang sempat mengatakan bahwa dia adalah penyintas penyakit mengerikan. Dia imun dan dia adalah harta karun bagi perusahaan farmasi. Dia akan mencari cara untuk melarikan diri. Dia yakin tidak akan dibunuh dalam waktu dekat. Pasti ada kesempatan untuk menyelamatkan diri, sekecil apapun itu.

Mobil van itu masuk ke dalam garasi. Fabumi digiring masuk masih dalam keadaan terikat dan ditutup kepalanya. Fabumi hanya merasakan hawa yang sangat dingin menyambutnya di ruangan yang diduganya berukuran besar dan tinggi.

Fabumi tidak tahu bahwa dia sedang berada di rumah seorang pengusaha kaya raya Perancis di pinggiran Brazzaville. Seorang pengusaha yang banyak menanamkan modal di Kongo namun juga sekaligus sebagai agen senior DGSE. Tidak seorangpun tahu bahwa yang terjadi adalah sebaliknya. Pengusaha itu adalah agen senior DGSE yang kemudian dimodali dan dibiayai oleh Neogen Pharmachyst untuk berusaha di Kongo sebagai instrumen sempurna penyamaran operasi agen-agen rahasianya.

Karena itulah NP disebut sebagai negara di dalam negara karena mampu menyusup jauh ke badan rahasia sekelas DGSE. Oleh sebab itu pulalah Pierre bisa memberdayakan DGSE untuk kepentingan NP. Rumit tapi hal seperti ini banyak terjadi di negara-negara besar yang juga mempunyai banyak kepentingan yang harus dibela dan dipertahankan.

Fabumi tidak lagi diperlakukan secara kasar. Kali ini dia disediakan sebuah kamar besar yang mewah. Lengkap dengan kamar mandi dan mempunyai fasilitas hotel bintang 5. Hanya minus alat komunikasi maupun jaringan internet. Sebuah penjara dalam skala mewah.

Fabumi tidak heran. Dia adalah hewan ternak yang dirawat baik-baik agar saat disembelih nanti dagingnya berkualitas dan berharga mahal. Fabumi tersenyum getir sambil coba menyalakan televisi.

Cecilia merasakan penat yang teramat sangat saat harus menunggu transit di Bandara Heathrow London. Ingin rasanya menyelinap sebentar keluar bandara dan menemui ibunya. Tapi pesan dari Ivan sungguh tidak bisa diabaikan.

Untuk mengusir kepenatan selama 3 jam menunggu, Cecilia mencoba berjalan-jalan di ruang tunggu. Tanpa sadar matanya melihat sebuah berita mengerikan di televisi raksasa bandara.

Sebuah kapal pemburu ikan paus terbakar habis di perairan Arctic. Tidak diketahui nasib 40 awak kapalnya. Hanya ditemukan 1 jenazah yang terdampar di pantai dekat kota Oslo. Cecilia menggeleng-gelengkan kepala kasihan. Bukan kepada kapalnya tapi kepada para awak kapalnya.

Artic? Cecilia langsung teringat pada sepupunya Cathy yang bekerja di sebuah laboratorium riset di daratan kutub utara. Bagaimana kabarnya ya?

Terdorong oleh kejenuhan menunggu proses transit pesawat, Cecilia berusaha mencari nomor telpon Cathy melalui beberapa sepupunya yang lain.

Ketemu! Telpon ke kutub utara pasti sangat mahal. Tapi Cecilia tidak khawatir. Ivan mengirimi uang dalam jumlah yang cukup fantastis. Entah karena iba atau karena apa. Yang penting dirinya bisa menghilangkan rasa jenuh ini. Cathy seumuran dengannya dan merupakan sepupu yang paling akrab dengannya.

"Hi Cat. Cecil. Bagaimana kutub utara? Aman saja kah? Sudahkah kau bertemu beruang manis di sana? Hahaha."Cecilia mencoba melucu.

"Oh my God Cecil! Sudah lama tidak berbincang ya? Tapi aku tidak bisa lama-lama ya? Ada pekerjaan penting dan rahasia yang harus aku kerjakan....ssstt."

Cecilia tertawa terpingkal-pingkal sampai orang-orang menoleh kepadanya.

"Heiii, aku sedang tidak melucu Cecil. Kami mendapatkan temuan terbesar abad ini aku rasa. Tapi sangat berbahaya. Eh kau kan dokter yang dulu mengambil program doktoral virulogi bukan? Aku rasa aku bisa menceritakan ini kepadamu. Tapi sssttt...ini rahasia."

Kontan Cecilia menghentikan ketawanya. Cathy sangat serius rupanya. Cecilia menyimak. Makin lama ekspresinya makin memucat.

"Holly cow! Cat, kau mesti sangat berhati-hati meski tugasmu bagian data. Jadi kejadian di kapal pemburu paus itu ada kaitannya dengan ini? Astaga! Dunia sedang terancam dari 2 sisi!"Cecilia tidak mau menimbulkan kepanikan kepada Cathy dengan tidak bercerita tentang peristiwa Congo Basin. Dia tahu sepupunya itu susah menyimpan rahasia. Apalagi ini rahasia tentang kemungkinan terjadinya epidemi atau pandemi yang asalnya sama dengan tempat bermulanya Ebola.

Cecilia memejamkan mata cukup lama setelah mengakhiri hubungan telpon dengan Cathy. Kejadian yang dahsyatnya serupa nyatanya juga terjadi di belahan kutub utara. Penyebabnya virus mematikan dari zaman purba. Sedangkan di Congo Basin adalah bakteri yang tersimpan lama di kedalaman tanah.

Entah mengapa, Cecilia mulai membayangkan kota-kota yang dikarantina. Ya Tuhan!

Bogor, 13 April 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun