Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajak Omnibus, Menghapus Sebuah Kultus

22 Februari 2020   11:37 Diperbarui: 22 Februari 2020   11:39 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agar bisa meninggalkan jejak-jejak yang lama mengkultus, dibuatlah sebuah perangkap omnibus. Ketika nyaris semua yang punya kuasa berpikir lebih taktis. Bahwa ini adalah peperangan. Melawan barikade yang menghadang investasi. Bahwa lingkungan adalah semacam duri-duri.

Tanah dan air disamakan dengan pelumas dan bensin. Dimasukkan sebagai biaya produksi dan bukannya faktor koreksi. Lupa bahwa dari tanahlah semua dilahirkan. Tak ingat bahwa air adalah rahim segala kehidupan.
 
Orang-orang disamakan dengan komponen mesin. Para pekerja adalah baut dan mur yang mudah diganti bila telah mencapai keausan. Lupa bahwa orang-orang inilah sesungguhnya yang mesti diangkat nasibnya. Dan bukan menjadi pelanggan bisnis hiburan dengan iming-iming luasnya tanah kuburan.

Katanya, birokrasi terlalu panjang. Harus dipangkas seperti rambut gondrong yang tak layak pandang. Tapi cara-cara yang digunakan, adalah cara seorang pemburu tak punya kehormatan. Ketakutan akan cakar dan kuku. Memasang jerat untuk menangkap harimau. Sementara jumlah harimau di dunia hanya tinggal satu. Sungguh miris dan lucu.

Hampir semua mengatakan iya iya saja. Jauh lebih mudah berkawan dengan kuasa daripada harus berseteru dengannya. Bagaimanapun mereka sudah dinobatkan. Tak mungkin para pemilih menarik ludahnya untuk kembali ditelan. Bajingan!

Bogor, 22 Februari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun