Kabut tebal
yang mengaku dirinya adalah iris mata
dari senja yang terlahir istimewa
turun perlahan
di kaki bukit yang kesepian
Matahari yang tinggal setipis kulit ari
tenggelam di sudut langit
yang tersenyum rapuh
menyaksikan sisa-sisa hujan habis runtuh
dan kini tertinggal
dalam sejarah satu hari lagi yang tanggal
Cemara di sudut halaman
menjatuhkan sekian ruas ibu jari
dari daunnya yang berujung duri
ke tanah yang mendingin
ditimpa kebasnya udara
yang anginnya bermatian
Serumpun bunga
entah namanya apa
menundukkan tangkainya yang melayu
bersimpuh di hadapan masa lalu
ketika dirinya masih berupa benangsari
menunggu lebah dan kupu-kupu
membawakannya putik yang jatuh hati
Dalam rangkaian kisah drama epik
saat skenarionya ditulis dengan begitu pelik
Bogor, 24 Januari 2020