Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Menara Saidah

22 Januari 2020   02:00 Diperbarui: 22 Januari 2020   02:04 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto via indozone.id

"Astagfirullah! Mang Umang! Ih, kenapa tiba-tiba ada di sini? Dan...dan...itu do...dorong ap..pa?" Orang ketiga yang sedari tadi diam terlonjak kaget. Wajahnya nampak pucak ketakutan.

Dua orang lainnya juga menatap Mang Umang dengan muka pias seolah kehabisan darah. Ketiganya kini bahkan mundur-mundur seolah bersiap untuk lari karena telah melihat sesuatu yang mengerikan.

Mang Umang yang sudah bersiap menyemprot mereka bertiga terperanjat, namun hatinya semakin dipenuhi oleh amarah. Aneh-aneh saja mereka ini. Mau mempermainkan orang tua rupanya?!

Tapi sebelum cercaan dan makian keluar dari mulutnya, Mang Umang menyadari sesuatu yang ganjil. Wajahnya juga jadi ikut memucat tak karuan. Tubuhnya menggigil dan terasa sangat lemas.

Sedari tadi dia tidak mendorong gerobak nasi goreng miliknya.

Namun sebuah keranda yang menggunakan meja beroda di bawahnya!

Jakarta, 22 Januari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun