Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Harapan yang Dibanjiri Hujan

17 Januari 2020   18:58 Diperbarui: 17 Januari 2020   18:59 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.pexels.com

Hujan yang berduyun-duyun tiba
entah kenapa
tak lagi membawa
kabar-kabar tuba
mungkin karena
rasa manis dari nektar
dari bunga-bunga mawar
kembali menguar

Tubuh cemara yang basah kuyup
entah mengapa
tak membuat petang ini redup
mungkin karena
pokok kamboja
menggugurkan bunga-bunganya
tanpa harus mengiringi
upacara pemakaman
dan pemancangan batu nisan

Anak-anak hujan
sederas percikan
dari api perapian
para empu yang menempa besi baja
menjadi pedang
untuk berperang
melawan tajamnya masa silam

Bersamaan dengan
para ibunda
mendekap bayinya
di kedalaman payudara
sebab musik yang dilantunkan hujan
membawa serta keriuhan
yang menakutkan
sebab mengikutsertakan
banjir harapan

Bogor, 17 Januari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun