Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kolase Pagi yang Bersahaja

27 Oktober 2019   09:25 Diperbarui: 27 Oktober 2019   12:28 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keluarlah bahasa puitis pagi saat serangkaian prosesi embun bunuh diri disayat tajamnya cahaya matahari, diakhiri
; mungkin hari ini kau mati
pergi melangit meninggalkan ruh bumi
tapi esok akan kembali
dalam wujud reinkarnasi

Serpihan hujan sisa semalam masih tergolek sebagai genangan yang diam. Di bawah pokok cemara yang termangu menunggu kedatangan kata-kata dari pagi yang kehilangan percakapan
; barangkali itu yang dinamakan kenangan
diam di antara keramaian
namun gaduh di sela-sela kesepian

Hari dimulai dengan sangat sederhana
diawali oleh pohon kamboja yang meruntuhkan bunga-bunganya
di rerumputan yang sedang khusuk berdoa
di tengah hingar bingar dengung kumbang dan kepak sayap kupu-kupu
saling memburu waktu
mencari rasa manis yang sesungguhnya
di saat dunia hanya menyediakan pahit yang sempurna

Bogor, 27 Oktober 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun