Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Negeri Tulang Belulang (Pulau Neraka Membara)

12 Oktober 2019   22:18 Diperbarui: 12 Oktober 2019   22:35 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ran menunjuk Pulau Neraka sebagai tujuan hanya berdasarkan intuisinya. Mereka sudah berpetualang di Pulau Tulang Belulang dan Pulau Tengkorak. Pulau terdekat berikutnya adalah Pulau Neraka. Pasti itu tempat riset yang lain atau bahkan markas besar mereka. Tidak mungkin Cindy dibawa terlalu jauh ke Isle of Mother atau Main Land karena di peta terlihat sangat jauh. Mendekati Kutub Utara.

Kapal kecil yang dikemudikan Rabat mendengung pelan namun melaju dengan kecepatan tinggi. Rabat masuk ke stealth mode. Perairan yang mereka masuki tenang namun penuh dengan karang-karang raksasa yang bertebaran di mana-mana. Kapal bisa melaju dengan kecepatan tinggi namun nahkoda harus selalu waspada. Lengah sedikit, kapal akan terhempas di batu karang runcing dan hancur berkeping-keping.

Ben dan Tet mengumpulkan perbekalan sebisanya. Makanan dan minuman kaleng dimasukkan dalam satu ransel sedangkan senjata-senjata ringan dibawa oleh masing-masing orang. Mereka harus bersiap dengan segala kemungkinan. Pulau Neraka mungkin seneraka namanya.

Kapal itu berguncang keras. Rabat menurunkan kecepatan. Mereka memasuki perairan dengan gelombang tinggi dan berarus kencang. Aneh! Perubahan arus dan tinggi gelombang ini terlalu ekstrim!

Tak ada lagi batu karang yang mengancam, tapi hempasan gelombang dan arus yang berpusar membuat perjalanan menjadi lebih sulit lagi. Rabat harus ekstra hati-hati. Pusaran air dan gelombang besar itu bisa menenggelamkan kapal sekecil ini dengan mudah.

Berkat pengalamannya, Rabat berhasil mengemudikan kapal melewati ancaman perairan mengerikan itu. Sekarang mereka kembali memasuki perairan yang tenang dengan banyak sekali pulau-pulau kecil di sana sini.

Rabat mengarahkan kapalnya menyelinap di antara pulau-pulau kecil yang jaraknya cukup rapat. Bila melihat peta, mereka tidak terlalu jauh lagi dari Pulau Neraka. Mungkin tidak lebih dari 10 Nautical Mile lagi.

Dengan menyelinap seperti ini, setidaknya mereka mengurangi peluang ketahuan. Meskipun transponder kapal telah dimatikan, Rabat yakin sekali mereka punya radar atau semacamnya untuk mendeteksi para penyusup yang hendak pergi ke Pulau Neraka.

"Tunggu Rabat! Kita berhenti di pulau kecil di depan sana. Kita adakan pengintaian terlebih dahulu. Setelah pulau itu, tidak ada lagi pulau yang menyembunyikan kita dari pandangan Pulau Neraka," Ran berbicara setengah berbisik seolah Pulau Neraka bisa mendengar suaranya.

Rabat mengikuti komando Ran. Dia mendaratkan kapal kecil itu di sebuah celah sempit pulau yang terlindung dari depan.

Keempat tim ekspedisi itu berlompatan turun ke laut dengan kedalaman setinggi dada sambil membawa semua perlengkapan. Ran tak lupa membawa sebuah binokuler berdaya jangkau tinggi yang ada di ruang kemudi. Tujuan mereka adalah mendaki bukit kecil di tepi pantai yang langsung berhadapan dengan Pulau Neraka. Seperti apa yang mereka lihat di peta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun