Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cerpen | Penjelajah Masa Lalu (Episode 7, Candi Laut Selatan)

9 Oktober 2019   20:55 Diperbarui: 11 Oktober 2019   15:45 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihat ketiga lelaki itu mulai mendekat ke arahnya bersembunyi, sepasang mata merah itu terlihat gugup. Ada sesuatu yang membuatnya takut dari lelaki yang tadi berteriak lantang. Entah apa tapi yang jelas itu bisa membuatnya tak berdaya. Bahkan mungkin malah bisa membuatnya celaka.

Sepasang mata merah dengan sosok pendek kekar itu perlahan-lahan melepaskan tubuh Dara ke lantai, lalu berkonsentrasi penuh sebentar sebelum akhirnya berubah wujud menjadi patung.

"Ini dia! Dara!" buru-buru Bima berjongkok memeriksa tubuh Dara yang lunglai di lantai.

Hmm, Raja berdehem lirih sambil memperhatikan dengan seksama patung jelek dan aneh yang teronggok di sudut ruangan tempat Dara ditemukan.

Patung yang benar-benar bermuka jelek dengan seringai yang cukup menyeramkan! Raja sudah hendak berbalik ketika ada satu hal yang menarik perhatiannya.

Mata patung itu terasa aneh! Seolah hidup dan memperhatikan situasi sekitar dengan teliti. Dan Raja tadi sempat melihat sekilas mata itu melirik ke tubuh Dara yang dibaringkan kembali oleh Raka dan Bima di meja panjang.

Lagipula kenapa cuma ada satu patung di ruangan yang begitu luas? Seharusnya jika ini memang ruang pemujaan, setidaknya ada patung-patung penjaga di setiap sudut ruangan, bukan?

Raja merasakan hawa dingin menerkam tengkuknya setelah lebih dari 5 menit terus menerus memperhatikan patung itu. Nah! Ini dia! Patung ini bukan sekedar patung hiasan!

Tapi Raja menahan diri. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Dia hanya paham sekali bahwa berdasarkan firasat yang berasal dari ketajaman indera ke enamnya, patung ini memiliki ruh.

Biar saja dulu. Paling penting sekarang menyelamatkan Dara terlebih dahulu.

Raja beranjak menghampiri teman-temannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun