Sebuah candi besar jaman kerajaan Pajajaran minta untuk ditemukan. Lokasinya jauh di pelosok pedalaman pesisir selatan.
Dan mereka sekarang berdiri di hadapan reruntuhan itu. Namun tidak seperti biasa ketika Raka menggambarkan sketsa yang persis sama dengan apa yang kemudian ditemukan, kali ini meleset jauh dari perkiraan. Candi yang tersisa hanya berupa reruntuhan batu-batu besar yang tergeletak tidak karuan. Saking penasarannya mereka berlima mendiskusikan apa yang sebenarnya sedang terjadi.
"Mungkin kamu salah menerjemahkan wujud dalam mimpimu Raka," Bima berkata tanpa melepaskan pandangan pada sketsa di depannya.
Belum sempat Raka menjawab, Raja menyela,"Aku tidak berpikir Raka salah membuat sketsa. Aku justru mengira ada hal gaib yang sedang berlaku di sini."
Ucapan Raja tentu saja membuat kedua gadis anggota tim itu, Dewi dan Dara beringsut merapat ke teman-temannya. Apalagi senja yang mulai datang membuat suasana ngarai itu jatuh dalam remang-remang. Cukup mengerikan.
"Maksudmu Raja?" Raka ikut penasaran mendengar pernyataan Raja.
"Iya. Sketsa yang kamu buat aku yakin sudah benar Raka. Hanya saja kita berada pada sebuah sisi yang salah memandang situs ini sehingga yang nampak hanya reruntuhan saja. Aku tidak tahu harus bagaimana tapi yang jelas kita coba besok melihat ini dari sisi jurang sebelah sana."
Keempat kawannya mengangguk-anggukkan kepala. Mereka semua tahu Raja punya latar belakang yang tepat untuk mengatakan semua itu. Raja adalah keturunan dekat keluarga keraton Yogyakarta yang tentu jauh lebih paham mengenai hal-hal gaib seperti ini.
Setelah keputusan diambil, mereka akhirnya mendirikan tenda di pelataran situs yang dekat dengan mata air di bawah sebuah pohon beringin raksasa. Empat tenda didirikan dalam tempo sekejap. 1 untuk Dewi dan Dara, 1 untuk Raka, Raja, dan Bima, 1 untuk tenda perlengkapan dan 1 lagi yang paling besar untuk lima orang porter penduduk desa.
-----
Malam nyaris berlalu tanpa kejadian apa-apa. Kecuali saat dinihari ketika terdengar lolongan panjang anjing sahut menyahut di kejauhan. Cukup lama lolongan itu terdengar. Hanya Raja yang mengerutkan kening berpikir dan mencoba mencari tahu di benaknya.