Sosok itu makin mendekat. Raka menguatkan dirinya agar jangan terkencing di celana. Memalukan!
"Raka, kenapa bengong? Terus kenapa tubuhmu menggigil begitu?" sosok itu bersuara saat sudah tepat berdiri di bawah bayangan lampu. Rini!
Raka menghembuskan nafas dalam-dalam. Kelegaan menjalari rongga dadanya yang tadinya sesak. Ternyata bayangan yang nampak mengerikan itu tadi Rini. Gadis yang dipujanya.
Rini mengajak Raka masuk ke rumah yang temaram itu. Mempersilahkan Raka duduk di teras lalu pamit untuk membuatkan minuman hangat. Mungkin Rini iba melihat Raka yang terlihat agak syok. Entah karena apa tapi Rini merasa itu karena dirinya.
Raka memperhatikan beranda rumah megah itu dengan seksama. Hmm, betul-betul mewah! Tertata dengan indah dan rapi. Pot-pot bunga di sana sini. Dan semuanya seolah mekar malam ini! Aroma wangi menguar di mana-mana. Raka menyukai bunga karena ibunya di rumah juga bertanam aneka bunga. Dia hapal segala macam wangi bunga.
Ini wangi kamboja! Tidak bercampur dengan wangi bunga lainnya. Raka agak terheran. Dilihatnya banyak sekali jenis bunga yang mekar di taman maupun beranda, kenapa wangi kamboja bisa mengalahkan yang lainnya?
Keheranan Raka terhenti saat Rini keluar dan membawakannya teh hangat yang dicampur dengan lemon.
"Ini bisa meredakan keteganganmu Raka. Minumlah mumpung masih hangat," Rini tersenyum manis sekali.
Raka terpesona melihat senyum itu. Meraih gelas di tangan Rini. Tangannya bersentuhan tanpa sengaja dengan tangan Rini. Nyaris saja gelas itu terjatuh karena Raka terjengit kaget bukan main. Tangan Rini sedingin es!
Mungkin karena malam ini memang dingin dan di dalam rumahnya pasti full AC. Raka menjawab sendiri kekagetannya.
"Raka, aku to the point saja ya? Apakah benar kamu memang suka aku?" pertanyaan Rini yang blak-blakan menimbulkan kekagetan Raka yang kedua kalinya. Duh, malam ini penuh sekali dengan kejutan.