Bab IV-2
Mereka lalu duduk melingkari meja pertemuan. Â Putri Anjani menjelaskan semua rencananya. Â Panglima Kelelawar mendengarnya dengan tekun. Rupanya pemimpin persekutuan ini sudah mempersiapkan segalanya dengan rapi dan terencana. Â Pantas saja di dapur istana tadi dia banyak menemukan orang-orang berilmu tinggi.
"Baiklah Putri. Â Aku memahami rencanamu. Â Aku mendukungnya. Â Itu rencana yang bagus dan rapi. Â Aku sendiri bersama pasukanku akan menjadi unsur kejutan seperti yang aku katakan tadi."
Panglima Kelelawar melanjutkan.
"Pasukanku akan tetap bermarkas di hutan larangan. Â Begitu gerakan dimulai, kami akan masuk untuk mengejutkan pasukan Majapahit sekaligus melihat situasi karena aku menduga mereka akan mengepung Istana Timur dari segala sisi. Â Panglima-panglima Majapahit bukan orang-orang bodoh yang mudah masuk dalam perangkap."
Semua yang mendengarkan kagum dengan kejelian raja aneh ini. Â Merekapun sebenarnya sudah menduga akan hal tersebut. Â Namun tentu saja tidak tahu persis apa yang sebenarnya dipersiapkan oleh pasukan Majapahit.
"Dengan tanda apa aku harus memberitahu paduka raja bila saatnya tiba?" Â Putri Anjani bertanya gamblang.
"Lepaskan suar berwarna merah ke angkasa. Â Dalam sekejap kami akan tiba membantu kalian," Panglima Kelelawar menjawab lugas.
Putri Anjani mengangguk. Â Semua rencana sudah matang. Â Orang-orang persekutuan telah disebar di antara para pelayan, peladen dan prajurit jaga istana. Â Besok adalah puncak acara sekaligus saat yang paling menentukan. Â Putri Anjani berdebar. Â Seandainya Gendewa Bernyawa masih di tangannya tentu semua akan lebih mudah.
Di mana Arya Dahana sekarang berada? Â Pemuda itu pasti menepati janjinya tentang hutang nyawa. Â Dia pasti datang. Â Tapi dimana? Â Dengan cara apa?