Panglima Kelelawar menaksir. Â Istana Barat memperketat penjagaan dari semua sisi. Â Maharaja sendiri yang datang. Â Tentu mereka tidak boleh lengah. Permusuhan Istana Barat dan Timur memang tidak terlihat di permukaan. Â Tapi itu seperti api dalam sekam. Â Suatu ketika pasti meledak menjadi nyala api yang luar biasa besar. Â Dan sepertinya besok adalah hari dimana semuanya mulai menyala.
Panglima Kelelawar hanya sedikit mengkhawatirkan keamanan benteng Bantar Muncang yang baru saja direbutnya. Â Raja ini memang meninggalkan penjagaan kuat dengan dipimpin para hulubalang tangguhnya yang tersisa. Â Tapi tetap saja kekhawatiran itu tertinggal di hatinya. Â
Besok, begitu perang dimulai, dia akan mengerahkan kekuatan yang dibawanya untuk cepat-cepat menghabisi orang-orang Majapahit. Â Setelah itu dia bersama Panglima Amranutta harus buru-buru kembali ke Bantar Muncang. Â Biarlah Raja Iblis Nusakambangan dan Nini Cucara saja yang tinggal membantu Putri Anjani jika peperangan terjadi berlarut-larut.
Sekarang saatnya mengatur strategi. Â Pagi ini dia akan menemui Putri Anjani. Â Perayaan peringatan adalah esok hari. Â Pasti putri yang lihai dan licik itu sudah mengatur sekian banyak rencana.
Dia akan pergi seorang diri. Â Hutan ini daerah paling aman untuk melancarkan serangan. Â Tidak terlalu jauh dari Istana Timur. Â Serangan kejutan yang mematikan.
Setelah berunding sejenak dengan para pembantunya. Â Panglima Kelelawar menggerakkan tubuhnya menuju Istana Timur. Â Raja Lawa Agung ini sangat sakti. Â Ilmunya luar biasa tinggi. Â Ilmu meringankan tubuhnya sudah sempurna. Â Jadi dia sama sekali tidak cemas akan terlihat orang saat bertandang ke dalam istana.Â
Tubuhnya yang tinggi besar tidak menghalangi gerakannya yang seperti bayangan. Â Menyelinap seperti kabut. Â Melompati pagar benteng istana yang hampir setinggi pohon kelapa. Â Panglima Kelelawar berhenti sejenak di ujung atap. Â Telinganya yang terlatih menangkap pembicaraan beberapa prajurit yang sedang berpatroli.
"Aku tidak mengerti sama sekali. Â Besok adalah perayaan besar-besaran hari peringatan Istana Timur. Â Tapi gudang-gudang senjata diperintahkan untuk dikosongkan. Â Semua prajurit lengkap dipersenjatai. Â Disuruh bersembunyi. Â Apakah kita akan berperang kisanak?"
"Aku mendengarnya juga seperti itu kakang. Kita semua sedang siaga perang. Â Besok pada saatnya kita akan diberitahu."
Panglima Kelelawar tercekat! Begitu buruknya kah jalur komando pasukan Istana Timur ini? Â Sampai-sampai prajurit di garda terdepan saja masih mempertanyakan perintah. Â Wah, ini gawat! Â Sekutu yang ini tidak bisa diandalkan. Â Dimana Putri Anjani ya?
Panglima sakti ini kembali menyelinap dan bergerak lincah dari atap ke atap. Â Sebelum akhirnya matanya menangkap gerakan lain yang tidak kalah gesitnya di ujung atap istana sebelah sana. Â Panglima Kelelawar menajamkan penglihatannya. Â Tapi bayangan itu seperti kilat sudah lenyap. Â Hmmm, orangg berilmu sangat tinggi. Â Desis Panglima Kelelawar. Â Kalau dia berada di pihak mereka itu keuntungan, tapi kalau di pihak musuh maka akan menjadi lawan yang berat. Â Rasanya aku pernah mengenal sosok itu, pikir Panglima Kelelawar menduga-duga.