Kembali sudut mata Panglima Kelelawar melihat bayangan orang sakti yang tadi sempat dilihatnya berkelebatan di atap istana. Â Juga berpakaian pelayan. Â Kalau melihat dari seragamnya bukan pelayan dapur. Â Tapi peladen. Â Raja sakti ini meremas ujung kayu perlahan. Â Serpihan kayu tajam itu disentilnya menggunakan tenaga dalam. Â Menyambar punggung orang yang dicurigainya.Â
Orang itu tidak berusaha menghindar. Â Sedikit mengibas ujung lengan. Â Pecahan kayu itu pecah berantakan menjadi debu. Â Orang-orang tidak menyadari bahwa ada sebuah pertarungan sedang berlangsung di dapur. Â Pertarungan tingkat tinggi dan hanya tokoh-tokoh dengan kemampuan tingkat tertentu saja yang sanggup melakukannya.
Panglima Kelelawar hanya tersenyum. Â Dia tahu orang itu memang lihai. Â Tapi tak disangkanya setinggi itu. Â Raja ini penasaran. Â Tapi dia tidak ingin mencari permusuhan yang tidak perlu. Â Lawa Agung banyak memerlukan bantuan orang-orang sakti. Â Siapa tahu orang ini bisa diajaknya bekerja sama.
Panglima Kelelawar berjalan cepat menghampiri orang itu. Â Dia ingin melihat mukanya dengan jelas. Â Orang itu berjalan menjauh. Â Panglima Kelelawar mempercepat langkahnya. Â Orang itu berbuat sama. Â Masuk ke ruangan depan dapur yaitu ruangan persiapan saji. Â Raja Lawa Agung ini mengibaskan lengannya ke depan. Â Selarik angin menderu mengarah kedua kaki orang misterius itu.
Orang itu menggerakkan tubuhnya ke samping. Â Melesat melewati pintu yang terbuka dan menghilang dengan cepat. Â Panglima Kelelawar mengurungkan niatnya untuk mengejar. Â Penyamarannya bisa terbuka. Â Orang-orang di situ juga sudah mulai keheranan terhadap apa yang dilakukan oleh Panglima Kelelawar dan orang misterius itu.
Panglima Kelelawar masih sempat melihat muka orang itu sekilas. Â Hatinya tercekat. Â Ini adalah musuh berat. Â Orang yang dulu sanggup mengalahkannya. Â Pemuda tengil yang pernah melukainya di Perang Bubat. Â Gawat.
Jangan-jangan kehadiran pemuda itu untuk memata-matai Istana Timur. Â Bukankah dia dekat dengan orang-orang Galuh Pakuan? Dia harus cepat menemui Putri Anjani.
Panglima Kelelawar melepaskan baju penyamaran. Â Menuju ruang depan istana tanpa basa basi lagi. Â Seorang penjaga mencegatnya di depan balairung.Â
"Berhenti! Kisanak siapa? Â Dilarang mendekati wilayah ini kecuali orang-orang dalam atau tamu kehormatan."Â
Panglima Kelelawar mengibaskan lengan. Â Penjaga itu terpelanting keras.Â
Suara ribut-ribut itu menarik perhatian para penjaga lainnya. Â Beberapa orang berlari mendatangi. Â Bersiap menyerang tamu yang tak dikenal ini.