Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lamunan Itu Terbunuh oleh Pagi yang Luruh

10 Maret 2019   09:14 Diperbarui: 10 Maret 2019   09:21 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di antara lamunan yang belum mendapatkan tempat yang tepat di ruang kepala yang telah begitu jemu, seorang perempuan membuka pintu dan jendela rumah begitu terdengar ketukan lirih pagi yang hendak bertamu.

Udara yang cukup dingin membalut kedatangannya yang berangin. Mengelus setiap ruangan dengan gigil yang enggan mendusin. Pagi tidak lagi buta. Hanya saja lupa membawa cahaya.

Perempuan itu memaksakan diri terjaga dari lamunannya yang porak poranda. Pagi telah tiba. Sebaiknya dia menghitung berapa jumlah anggrek bulan yang mekar di halaman. Pada bunga-bunga lah perempuan itu menitipkan pengharapan.

Dia menanamnya sepenuh cinta. Menyiraminya pula dengan airmata. Bukan karena putus asa. Namun memang begitulah adanya cinta. Selalu membawa serta airmata di belakangnya.

Jika bunga-bunga itu tidak membalasnya dengan wangi. Setidaknya dia tidak lagi terperangkap dalam mimpi. Membuka mata lebar-lebar menyingkirkan lamunan yang berjatuhan. Terbunuh oleh kedatangan pagi yang luruh berserakan.

Bogor, 10 Maret 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun