Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air dan Api, Idu Geni

10 Maret 2019   05:44 Diperbarui: 10 Maret 2019   05:46 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain menguasai ilmu ilmu kanuragan hebat warisan Sanggabuana dan ajaran Pendekar Pena Menawan, gadis ini juga adalah datuknya dari segala sihir.  apalagi setelah digembleng oleh datuk nomor satu dunia persilatan saat ini, Si Bungkuk Misteri.  Ilmu Gempa Pralayanya juga sudah mendekati tingkatan hampir sempurna. 

Tak pelak, pangeran Galuh Pakuan ini terdesak hebat.  Bayu Lesus yang dipelajarinya dari Madaharsa adalah ilmu hebat.  Tapi Pangeran Bunga termasuk orang yang sangat malas berlatih karena lebih banyak menghabiskan waktu untuk bersenang senang.  Bermabuk mabukan dan bermain wanita adalah kegemarannya.  

Tentu saja ini membuat ilmunya tidak terasah dengan cepat dan kuat.  Suatu saat, sebuah pukulan Pena Menggores Langit mengenai pundak kanannya.  Pangeran ini menjerit kesakitan lalu melompat ke belakang.  Berteriak memerintahkan semua pengikutnya untuk mengeroyok Dewi Mulia Ratri.

Puluhan orang itu termasuk Lima Kobra Benggala dan Empat Pengemis Kaya Raya menyerbu Dewi Mulia Ratri.  Bimala Calya tidak mau tinggal diam. Tubuhnya melesat ke depan membantu Dewi Mulia Ratri menahan serangan puluhan orang tangguh itu.

Dua gadis muda ini dikeroyok puluhan orang.  Bimala Calya mendapatkan pelajaran ilmu ilmu Padepokan Segoro Langit asuhan Ki Biantara. Kemampuannya tidak diragukan lagi sekarang.  Pertempuran ini berimbang.  Tubuh kedua gadis itu saling memunggungi dan melindungi.  

Dewi Mulia Ratri mengerahkan semua kemampuannya.  Jurus jurus Lembu Sakethi dan Pena Menggores Awan bergantian dimainkannya.  Dia belum mau mengeluarkan Gempa Pralaya sekarang.  Dia ingin menyalurkan kemarahannya melalu sebuah pertempuran.  Bimala Calya juga tak mau kalah. Gadis ini ingin mengeluarkan semua kepedihan hatinya melalui pertempuran.

Lima Kobra Benggala sebenarnya adalah tokoh tokoh yang sangat tangguh.  Tapi pergerakan mereka justru dikacaukan oleh puluhan orang anggota Kujang Emas Elang.  Seandainya hanya Lima Kobra Benggala dan Empat Pengemis Kaya Raya yang maju mengeroyok kedua gadis itu, mungkin arah pertempuran akan berbeda.  Banyaknya pengeroyok yang tidak beraturan justru menguntungkan Dewi Mulia Ratri dan Bimala Calya.  Kedua gadis ini dengan leluasa menghajar para pengeroyok satu demi satu. 

Dari puluhan orang pengeroyok kini tinggal sisa belasan orang.  Yang lain sudah terkena pukulan atau tendangan kedua gadis yang mengamuk ini.  

Pangeran Bunga yang berdiri agak jauh dari gelanggang pertempuran memucat wajahnya.  Ini bahaya!  Dia tadinya yakin, dengan membawa puluhan orang terpilih, mereka bisa menaklukkan kedua gadis cantik ini.  Tapi yang terjadi justru sebaliknya.  Merekalah yang dihajar habis habisan oleh Dewi Mulia Ratri dan Bimala Calya. 

Terdengar teriakan keras dan jerit kesakitan saat beberapa orang lagi roboh bergelimpangan terkena pukulan Dewi Mulia Ratri.  Kali ini yang tersisa tinggal Lima Kobra Benggala dan Empat Pengemis Kaya Raya.  Dua lawan sembilan!

Tapi justru dengan situasi seperti ini, kedua gadis itu tertahan dan bisa diimbangi.  Lima Kobra Benggala mengeroyok Dewi Mulia Ratri sedangkan Empat Pengemis Kaya Raya mengeroyok Bimala Calya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun