Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sepotong Malam dan Pagi yang Berpuisi

6 Maret 2019   09:48 Diperbarui: 6 Maret 2019   09:59 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepotong malam, melakukan perjalanan
membawa bintang-bintang, berikut kegelapannya
menuju persinggahan pagi, untuk menyelesaikan mimpi

Di pagi yang berpuisi, malam disimpan dalam almari
sebagai syair-syair hitam
kelak akan kembali dilahirkan, ketika putih menjadi sedemikian buram

Orang-orang yang terkejut
menjumpai pagi yang berpuisi, terburu-buru berangkat kerja
takut hidupnya menjadi fiksi, tak lagi berealita

Sepanjang hari, riuh rendah yang terjadi
adalah sajak-sajak yang dibacakan oleh kehidupan
didengarkan dengan seksama, oleh kematian di ujung lainnya

Orang-orang kembali terkejut
menemui malam ketika pulang, telah menjadi potongan-potongan makna
lengkap dengan rasa manis, pahit dan cuka di dalamnya

Orang-orang itu menidurkan dirinya
tanpa sempat berencana
untuk bermimpi bahagia

Karena telah diambil oleh malam sebagiannya
sisanya untuk pagi, yang lagi-lagi berpuisi
bagi orang-orang yang ingin bahagia sebelum mati

Jakarta, 6 Maret 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun