Bandingkan dengan keadaan di mana pembaca hanya datar atau hambar setelah membaca sebuah karya fiksi.
Membuka halaman demi halaman, menutup halaman terakhir, dan meletakkann bukunya di rak atau almari, setelah itu melanjutkan kegiatan lainnya tanpa terpengaruh apa-apa, maka sesungguhnya karya fiksi tersebut tidak dihayati sama sekali dan gagal mempengaruhi emosi/psikologis pembaca.
Penghayatan terhadap sebuah karya fiksi akan banyak dipengaruhi oleh beberapa hal;
1. Jalan cerita
2. Cara bercerita
3. Ending cerita
4. Plot-plot yang melintir, dan
5. Situasi psikologis pembaca
Jalan cerita yang meliuk-liuk akan lebih membius mata pembaca untuk terus membaca. Meliuk-liuk di sini bukan berarti panjang atau berliku-liku. Paling utama adalah tidak monoton. Berganti-ganti plot dan tidak sering menampilkan flash back. Seperlunya saja.
Cara bercerita yang lengkap akan membuat pembaca tidak segera meletakkan bukunya dan akan terus membaca. Sebuah karya yang terlalu naratif dan tidak dikombinasi dengan percakapan, akan terasa melelahkan. Oleh karena itu percakapan berperan sangat penting dalam mempengaruhi pembaca untuk tidak berhenti membaca.
Plot-plot yang melintir akan mengejutkan pembaca dengan hentakan-hentakan adrenalin. Ini menyenangkan dan tidak membosankan!
Situasi psikologis pembaca juga memegang peran penting dalam penghayatan sebuah karya fiksi. Seorang pembaca yang sedang patah hati akan sangat menghayati sebuah kisah cinta yang romantis dan berakhir bahagia. Sebaliknya, seorang pembaca yang sedang dalam kondisi bahagia akan bisa menghayati alur cerita apa saja. Apakah itu sedih, romantis atau bahagia.
Akhirnya
Sebuah tulisan bisa dihayati dengan baik jika bisa membawa pembacanya terjebak dalam alur cerita. setebal apapun bukunya, jika pembaca sudah trance dalam penghayatan, maka buku itu akan selesai dalam waktu singkat dibaca.
Beberapa faktor yang telah disebutkan di atas dan ikut mempengaruhi proses penghayatan, tidak terbatas pada itu-itu saja. Masih banyak faktor lain lagi yang bisa menjadi elemen penting namun belum disebutkan.
Anda boleh ikut berkontribusi memikirkannya. Oke?
Jakarta, 6 Maret 2019