Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Segmen yang Berfragmen

26 Januari 2019   11:34 Diperbarui: 26 Januari 2019   11:52 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari segenggam tanah yang kau gali setelah menguburkan ari-ari yang kau harapkan jadi penjaga atas tingkah polah anak-anakmu, kau melumurinya dengan doa-doa yang mengangkasa mencari Tuhannya.
;itu namanya harapan

Dari secuil harapan yang kau kunci rapat-rapat dalam peti dan kelak akan kau buka sebagai pengharapan terakhir ketika kau merasa hidupmu akan berakhir, kau membasahinya dengan keyakinan yang menerbangi udara menuju Tuhannya.
;itu namanya keadilan

Dari bertubi-tubi kerja keras yang kau lakukan di saat matahari mengeluarkan sengatnya yang paling berapi, kau mencari perlindungan dengan menyebut berulangkali nama Tuhan.
;ini dinamakan penghambaan

Dari kericuhan dan kekacauan yang sengaja atau tanpa niatan ternyata kau lakukan ketika kau menceburi dangkal-dalamnya danau kehidupan, kau menangkupkan kedua tangan sambal memandang sekeliling berharap menemukan Tuhan.
;ini dinamakan mohon pengampunan

Dari segala macam perihal buruk dan perilaku teruk yang terlanjur kau kunyah dan telan sebelum liang lahat ganti menelan dan mengunyahmu, kau bercakap-cakap dengan murung bersama malaikat yang wajahnya jauh lebih mendung.
;ini lah yang disebut sebagai penyesalan

Semua adalah segmen dari drama sesungguhnya yang kita jalani tanpa skenario yang dirancang atau direncanakan secara sengaja.

Kita berada di dalamnya, menjalaninya, tapi tidak sadar bahwa kita sedang memainkan fragmen demi fragmen secara membabi buta.

Bogor, 26 Januari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun