Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pengadilan Tanpa Jaksa

22 Januari 2019   06:43 Diperbarui: 22 Januari 2019   07:28 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari demi hari dilahirkan dengan begitu tajam
kita menyangka akan selalu berhadapan dengan luka

Pertemuan demi pertemuan berusaha menghindari perpisahan
kita menduga pada awalnya, tapi tak ingat seperti apa kelak akhirannya

Perpisahan demi perpisahan memproduksi masal air mata
kita mengira itu adalah bagian laik dari semua perkara yang pelik

Kerumitan demi kerumitan berjajar di etalase pikiran yang harus dibeli
kita percaya bahwa itu semua adalah fase yang mesti dijalani

Drama demi drama mengeskpose diri kita pada ketelanjangan
kita yakini tak mengapa jika itu memang skenario yang mau tak mau diperankan

kita berusaha berlaku sama, pada setiap hari yang berbeda
agar hari memperlakukan kita seperti anak-anaknya
kita lupa bahwa kita sedang menaiki zaman tanpa pelana
kita juga lupa bahwa zaman tak bisa berlaku seperti orang tua

zaman adalah pengadilan tanpa jaksa
kita akan selalu dituntut tanpa diri sanggup membela

Bogor, 21 Januari 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun