Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air & Api, Petualangan Cinta Air dan Api

8 Januari 2019   06:26 Diperbarui: 8 Januari 2019   06:33 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ki Mandara, Ki Sampaga, Ki Gularma, Panglima Candraloka, Putri Anjani, dan satu orang nenek berwajah tenang dan ramah bernama Nini Papatong.

Nini Papatong adalah seorang ahli sihir yang tiba tiba muncul di istana menghadap ke Ki Mandara dan menyatakan niatnya untuk membantu kerajaan yang sedang dikepung beberapa masalah besar.  Nini Papatong adalah kakak kandung dari Nini Cucara yang menjadi tangan kanan Panglima Kelelawar di kerajaan Lawa Agung.

Keduanya adalah ahli sihir hebat namun berbeda guru.  Nini Cucara mendapatkan ilmu dari Ratu Laut Selatan, sedangkan Nini Papatong berguru kepada tokoh sihir tua pasundan yang berjuluk Aki Angkeub.  Keduanya sama sama hebat, namun Nini Cucara lebih unggul karena dilatih langsung oleh penguasa gaib laut selatan.

Semuanya telah berkumpul sekarang kecuali Pangeran Bunga yang ditugaskan memimpin pasukan perbatasan setelah tewasnya Panglima Suwanda. Dan juga Dewi Mulia Ratri yang belum terdengar kabarnya sampai sekarang. 

Beberapa saat kemudian Baginda Raja Galuh Pakuan memasuki balairung istana dan pertemuan dimulai.  Hal utama yang dibahas tentu saja adalah rencana keberangkatan rombongan kerajaan menuju ibukota Majapahit untuk mengantar Putri Dyah Pitaloka menjadi mempelai Raja Hayam Wuruk.

Begitu tahu bahwa Dewi Mulia Ratri belum terdengar kabarnya, Baginda Raja memutuskan bahwa pengawalan rombongan akan dipimpin oleh Andika Sinatria dibantu Putri Anjani dan Nini Papatong.  Baginda Raja sendiri akan ikut dalam rombongan karena beliau sendiri yang akan menyerahkan putrinya kepada Raja Hayam Wuruk.

Selanjutnya pembahasan mengenai gangguan mengerikan Alap Alap Nyawa.  Baginda raja memerintahkan agar penjagaan diperketat bagi para petinggi dan pejabat kerajaan.  Garda Kujang diperintahkan untuk mengawal.  Jika keadaan terus memburuk, ini akan membuat terbelahnya kekuatan Galuh Pakuan.

Sementara itu tugas untuk mencari Alap Alap Nyawa yang bertanggungjawab terhadap banyak pembunuhan tersebut, diserahkan kepada Ki Sampaga dan Ki Gularma.  Orang orang yang sanggup melakukan pembunuhan besar besaran terhadap orang orang tangguh Galuh Pakuan, pastilah orang orang yang sangat tangguh.

Dewi Mulia Ratri memang dalam suratnya tidak menyebutkan mengenai nama nama sehingga Andika Sinatria tidak mengetahui siapa saja yang menjadi algojo Majapahit di Alap Alap Nyawa.

Terakhir dibahas adalah pergerakan kerajaan Lawa Agung di pesisir selatan.  Gerakan pemberontakan itu belum mempunyai pasukan dalam jumlah yang besar sehingga belum berani melakukan serangan secara terang terangan terhadap Galuh Pakuan.  Gerakan mereka masih sebatas gangguan gangguan di wilayah pesisir.  Namun jika dibiarkan, maka lama lama pengaruhnya akan semakin kuat di kalangan rakyat pesisir dan jumlah pasukannya juga pasti akan bertambah banyak dan semakin kuat.

Oleh sebab itu Baginda Raja memerintahkan agar jumlah pasukan Garda Kujang ditambahkan di setiap titik titik rawan yang kira kira menjadi jalan masuk dari pesisir ke bagian dalam wilayah Galuh Pakuan.  Ki Gularma dan Ki Sampaga akan bergantian mengawasi secara berkeliling.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun